Abstraksi Pengaruh Media Sosial terhadap Kecemasan pada Remaja

REMAJA adalah kelompok usia yang sedang melewati masa transisi dari kanak-kanak menuju dewasa. Periode ini ditandai dengan berbagai perubahan fisik, emosional, dan sosial yang mempengaruhi perkembangan dan kesejahteraan remaja.

anak cemas

Dalam fase ini, mereka menghadapi berbagai tantangan serta tekanan dari diri sendiri, keluarga, sekolah, dan lingkungan. Salah satu sumber tekanan yang semakin signifikan adalah media sosial.

Bacaan Lainnya

Perkembangan teknologi telah memberikan dampak besar terhadap berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk cara remaja berinteraksi dan berkomunikasi. Menurut Cholik (2021), perkembangan teknologi informasi telah meningkatkan kualitas hidup manusia secara umum.

Di Indonesia, sekitar 30 juta anak dan remaja merupakan pengguna internet, dan media digital kini menjadi saluran komunikasi utama bagi mereka. Survei yang dilakukan oleh Hariyadi & Arliman (2018) menunjukkan bahwa 80% responden remaja adalah pengguna aktif internet. Namun, terdapat kesenjangan digital antara mereka yang tinggal di wilayah perkotaan yang lebih sejahtera dengan mereka yang tinggal di daerah pedesaan.

Media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Snapchat menawarkan platform untuk berbagi pengalaman, berinteraksi sosial, dan membangun identitas online.

Di satu sisi, media sosial memberikan manfaat besar dalam hal memperluas jaringan sosial dan meningkatkan ekspresi diri (Valkenburg & Peter, 2009; Seabrook et al., 2016). Namun, di sisi lain, muncul kekhawatiran mengenai dampaknya terhadap kesehatan mental remaja, khususnya terkait dengan kecemasan.

Kecemasan pada Remaja dan Hubungannya dengan Media Sosial

Beberapa penelitian menunjukkan adanya korelasi antara penggunaan media sosial dan peningkatan gejala kecemasan pada remaja. Smith et al. (2021) dan Lee & Stapinski (2012) menemukan bahwa remaja yang menghabiskan waktu lebih lama di media sosial cenderung mengalami rasa tidak percaya diri, kesepian, dan perbandingan sosial negatif.

Primack et al. (2017) serta Lin et al. (2016) juga menyebutkan bahwa paparan berlebihan terhadap media sosial dapat memicu kecemasan akibat tekanan sosial yang dihadapi secara online.

Teori Ketergantungan yang dikemukakan oleh Soliha (2015) menyatakan bahwa kecemasan sosial dapat menjadi faktor yang mendorong seseorang untuk memilih media sosial sebagai alat pemenuhan kebutuhan sosial.

Remaja yang mengalami kesulitan dalam berinteraksi langsung cenderung lebih bergantung pada media sosial sebagai sarana komunikasi dan koneksi dengan orang lain.

Neil Postman, dalam teorinya tentang technopoly, menyebutkan bahwa teknologi dapat membentuk budaya baru yang menimbulkan ketergantungan tinggi terhadap media digital.

Manfaat dan Dampak Negatif Media Sosial

Media sosial tidak selalu memberikan dampak negatif. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa media sosial dapat memberikan manfaat, terutama dalam meningkatkan koneksi sosial dan memfasilitasi ekspresi diri.

Valkenburg & Peter (2009) menemukan bahwa remaja yang menggunakan media sosial dengan bijak dapat membangun hubungan yang positif serta mengekspresikan diri mereka dengan lebih baik.

Namun, penggunaan yang berlebihan juga dapat membawa dampak negatif seperti kecanduan, stres, depresi, gangguan tidur, dan rendahnya harga diri.

Beberapa remaja merasa terjebak dalam siklus perbandingan sosial yang merugikan, di mana mereka terus-menerus membandingkan diri mereka dengan orang lain berdasarkan apa yang dilihat di media sosial.

Christina et al. (2019) menyatakan bahwa tekanan sosial dari media sosial dapat meningkatkan risiko kecemasan pada remaja.

Mereka merasa perlu tampil sempurna dan mendapatkan validasi melalui jumlah “like” atau komentar positif. Hal ini bisa menyebabkan rasa cemas yang berlebihan serta memengaruhi kesejahteraan emosional mereka.

Keseimbangan sebagai Kunci Mengatasi Kecemasan

Terlalu fokus pada media sosial dapat mengakibatkan kecanduan, yang pada akhirnya mengganggu aktivitas sehari-hari, termasuk belajar dan bersosialisasi secara langsung.

Oleh karena itu, penting bagi remaja untuk membatasi waktu penggunaan media sosial dan lebih banyak berinteraksi secara langsung dengan teman serta keluarga. Interaksi langsung dapat membantu remaja merasa lebih bahagia dan mengurangi risiko kecemasan.

Menurut Soliha (2015), keseimbangan dalam penggunaan media sosial merupakan kunci untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkannya. Orang tua, pendidik, dan profesional kesehatan mental memiliki peran penting dalam memberikan edukasi kepada remaja tentang penggunaan media sosial yang sehat dan bertanggung jawab.

Tak Terelakkan

Penggunaan media sosial telah menjadi bagian penting dari kehidupan remaja di era digital ini. Meskipun media sosial memiliki manfaat dalam memperluas jaringan sosial dan meningkatkan ekspresi diri, penggunaan yang tidak terkontrol dapat menyebabkan berbagai dampak negatif, termasuk kecemasan.

Penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi antara penggunaan media sosial yang berlebihan dan peningkatan gejala kecemasan pada remaja.

Keseimbangan adalah kunci utama untuk mengatasi kecemasan yang timbul akibat penggunaan media sosial. Remaja diharapkan dapat membatasi waktu yang dihabiskan di media sosial dan lebih banyak berinteraksi secara langsung dengan lingkungan sosial mereka.

Dengan demikian, mereka dapat meningkatkan kesejahteraan emosional serta mengurangi risiko gangguan psikologis. Orang tua, pendidik, dan profesional kesehatan mental juga perlu memberikan dukungan dan bimbingan dalam mengelola penggunaan media sosial.

*) Refi Luthfiah, penulis adalah mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Pos terkait