Apa Itu Vulnerable dan Bolehkah Sikap Ini Ditunjukkan pada Pasangan? Simak Penjelasan Psikolog

M Hidayat

Rabu, 8 Oktober 2025

Apa Itu Vulnerable

Dalam hubungan yang sehat, kejujuran emosional adalah fondasi utama. Namun, banyak orang masih bingung dengan istilah “vulnerable” yang kini sering muncul di media sosial. Tidak sedikit yang menganggap sikap vulnerable berarti lemah atau terlalu terbuka. Padahal, menurut para psikolog, sikap ini justru menjadi kunci penting dalam membangun hubungan yang kuat dan autentik.

Apa Itu Vulnerable?

Secara sederhana, vulnerable berarti berani menampilkan sisi rapuh diri sendiri. Ini bukan tentang kelemahan, melainkan tentang keberanian untuk jujur terhadap perasaan terdalam — baik itu ketakutan, kekecewaan, maupun rasa tidak aman.

Menurut Psikolog Klinis Dewasa dr. Andini Rahayu, M.Psi, menjadi vulnerable berarti “mengizinkan diri untuk dilihat apa adanya, tanpa topeng atau pertahanan diri berlebihan.” Dalam konteks hubungan, ini artinya memberi kesempatan pada pasangan untuk mengenal kita secara utuh, bukan hanya sisi terbaiknya saja.

Bolehkah Bersikap Vulnerable pada Pasangan?

Jawabannya: boleh — bahkan sangat disarankan.
Menunjukkan kerentanan emosional justru memperdalam koneksi dan rasa saling percaya. Ketika seseorang berani berkata, “Aku takut kehilangan kamu,” atau “Aku butuh waktu untuk merasa tenang,” ia sedang membuka ruang kejujuran dan empati dalam hubungan.

Namun, sikap vulnerable perlu dilakukan dengan kendali dan kesadaran emosional. Jangan sampai menjadi bentuk ketergantungan yang berlebihan. “Vulnerability sehat adalah ketika kita berbagi perasaan tanpa menuntut pasangan untuk selalu memperbaikinya,” ujar Andini.

Manfaat Bersikap Vulnerable dalam Hubungan

Menurut berbagai riset psikologi hubungan, sikap vulnerable membawa sejumlah manfaat, di antaranya:

Meningkatkan Keintiman Emosional

Keterbukaan membuat pasangan merasa dipercaya, sehingga muncul rasa kedekatan yang lebih mendalam.

Mengurangi Konflik dan Salah Paham

Dengan jujur mengungkapkan perasaan, kita mencegah penumpukan emosi negatif yang bisa memicu pertengkaran.

Mendorong Empati dan Dukungan

Pasangan yang saling mengenal sisi rapuh satu sama lain akan lebih mudah menunjukkan empati.

Meningkatkan Kesehatan Mental

Menyembunyikan emosi justru membuat stres menumpuk. Sebaliknya, berbagi perasaan dengan orang yang dipercaya membantu proses penyembuhan diri.

Cara Menunjukkan Vulnerability Secara Sehat

Bersikap vulnerable bukan berarti curhat tanpa batas. Berikut beberapa tips dari psikolog untuk melakukannya dengan bijak:

Kenali emosi sebelum membaginya. Pastikan kamu memahami perasaanmu lebih dulu.

Pilih waktu yang tepat. Hindari membuka diri di tengah konflik panas.

Gunakan kalimat “aku” bukan “kamu.” Contoh: “Aku merasa sedih,” bukan “Kamu bikin aku sedih.”

Hargai reaksi pasangan. Tidak semua orang siap langsung merespons dengan empati — beri waktu untuk memahami.

Sikap vulnerable bukan tanda kelemahan, melainkan bentuk kekuatan emosional. Dalam hubungan yang sehat, kerentanan adalah jembatan menuju keintiman dan kepercayaan yang lebih dalam. Ketika kita berani membuka diri, kita sedang memberi kesempatan pada cinta untuk tumbuh — bukan karena kita sempurna, tapi karena kita manusia.

TERKAIT LAINNYA

Exit mobile version