Disertasi Emy Nurmayanti dan Arah Baru Koperasi Indonesia

NN Newsroom

Senin, 14 Juli 2025

Emy Nurmayanti saat usai sidang promosi doktoralnya di Auditorium Juwono Sudarsono, FISIP UI (Foto: Dok. Humas Fisip UI)

DI TENGAH bayang-bayang ketidakpastian global akibat pandemi, di saat banyak institusi ekonomi limbung dan tak sedikit bisnis terpaksa gulung tikar, ada satu entitas yang justru menunjukkan daya tahan luar biasa: koperasi.

Di balik ketangguhan itu, terdapat aktor-aktor strategis yang memainkan peran penting dalam menjaga denyut nadi organisasi ekonomi berbasis kolektivitas tersebut.

Salah satu yang mengangkat kisah dan analisis mendalam tentang hal ini adalah Emy Nurmayanti, sosok perempuan tangguh yang baru saja meraih gelar doktor bidang Sosiologi dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Indonesia (UI).

Dalam disertasinya yang berjudul “Peran Strategic Agency terhadap Kemampuan Koperasi Menghadapi Krisis Pandemi: Studi Kasus terhadap Koperasi Syariah”, Emy tidak hanya meneliti bagaimana koperasi bertahan secara struktural, tetapi juga menyelami peran individu dan kolektif sebagai agen strategis (strategic agency) dalam menghadapi krisis.

Penelitian ini menjadi penting bukan hanya dalam lingkup akademik, tetapi juga praktikal, terutama bagi pengembangan model koperasi yang lebih tangguh dan adaptif di masa depan.

Pilar Ekonomi yang Teruji Krisis

Sebagaimana dicatat dalam The Co-op Economy Report 2020, startup berbentuk koperasi memiliki survival rate mencapai 80 persen. Artinya, dalam guncangan ekonomi yang menghantam sektor-sektor bisnis secara luas, koperasi tetap menunjukkan keteguhan.

Model koperasi tak hanya bicara soal ekonomi, tapi juga solidaritas sosial, nilai kebersamaan, dan kepercayaan kolektif—hal-hal yang semakin langka di era persaingan kapitalistik yang tajam.

Namun, Emy tidak berhenti pada statistik. Ia ingin tahu lebih dalam mengenai apa yang membuat koperasi bisa bertahan? Siapa aktor-aktor di baliknya? Bagaimana mereka mengambil keputusan dan memobilisasi jaringan? Inilah yang kemudian membawanya menyelami konsep strategic agency, yang menjadi poros analisis disertasinya.

Membaca Strategic Agency dalam Koperasi Syariah

Penelitian Emy mengambil studi kasus pada Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) Benteng Mikro Indonesia (BMI).

Koperasi ini dianggap sebagai salah satu contoh sukses dalam menghadapi krisis pandemi COVID-19.

Di tengah ancaman likuiditas, keterbatasan aktivitas fisik, dan tekanan ekonomi dari anggota, BMI tidak hanya bertahan tetapi mampu berinovasi dan melayani anggota secara efektif.

Menurut Emy, kunci dari keberhasilan BMI terletak pada bagaimana seluruh pemangku kepentingan koperasi—pengurus, pengelola, dan anggota—memainkan peran strategisnya secara aktif.

Ia menyebut beberapa bentuk agency yang terlibat, mulai dari democratic agency (partisipasi anggota dalam pengambilan keputusan), managerial agency (kepemimpinan dan manajemen operasional), hingga reflexive agency, yaitu kemampuan reflektif untuk belajar dari krisis dan merumuskan strategi baru.

Agency dalam koperasi BMI dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan koperasi,” kata Emy. “Beberapa bentuk agency di antaranya adalah democratic agency, managerial agency, economic agency, embedded agency, dan reflexive agency.”

Apa yang membuat peran strategis para agen ini bisa berjalan efektif? Jawabannya, menurut Emy, adalah modal sosial.

Rasa saling percaya, jaringan komunitas, dan nilai-nilai kolektif menjadi fondasi penting yang menopang kelangsungan koperasi.

Dalam situasi krisis, ketika sistem pasar ragu-ragu dan negara tidak selalu hadir dengan sigap, koperasi dengan modal sosial yang kuat justru bisa lebih lincah dan responsif.

“Keberhasilan aktor dalam menjalankan peran strategis sangat dipengaruhi oleh jaringan sosial dan rasa kebersamaan yang kuat. Di sinilah konsep modal sosial menjadi faktor krusial,” ungkap Emy dalam sidang promosi doktoralnya yang berlangsung awal Juni di Auditorium Juwono Sudarsono, FISIP UI.

Pendekatan Institutional Entrepreneurship

Emy juga memperkenalkan pendekatan lain dalam disertasinya, yakni institutional entrepreneurship.

Konsep ini menggambarkan aktor-aktor yang mampu mendorong perubahan institusional secara sadar dan terencana, sebuah kapasitas penting untuk organisasi yang ingin terus relevan dalam lingkungan yang berubah.

Menurut Emy, strategic agency dan institutional entrepreneurship adalah dua kekuatan yang saling menopang.

Agency menyediakan dorongan internal dari aktor, sementara entrepreneurship menyediakan mekanisme transformasi secara struktural. Gabungan keduanya memungkinkan koperasi tidak hanya bertahan, tetapi juga tumbuh dan bertransformasi.

Kontribusi untuk Ilmu dan Bangsa

Penelitian Emy bukan sekadar syarat akademik untuk meraih gelar doktor. Lebih dari itu, disertasinya merupakan kontribusi nyata terhadap pengembangan koperasi sebagai model ekonomi alternatif, yang humanis dan berbasis nilai.

Temuan Emy sangat relevan bagi para pengambil kebijakan yang ingin memperkuat koperasi sebagai pilar ekonomi kerakyatan, terutama di tengah gelombang disrupsi global dan ancaman krisis yang terus berulang.

Sejalan dengan komitmen Universitas Indonesia sebagai institusi pendidikan unggul dan impactful, Emy Nurmayanti hadir sebagai representasi akademisi perempuan yang tidak hanya menguasai teori, tetapi juga mampu membumikan ilmu untuk menjawab tantangan zaman.

Di era ketika angka menjadi raja dan efisiensi kadang mengorbankan solidaritas, Emy mengingatkan kita bahwa keberhasilan organisasi tidak semata-mata ditentukan oleh neraca laba rugi, tetapi oleh kehadiran manusia sebagai agen strategis, yang mampu menggerakkan perubahan melalui jaringan sosial, nilai bersama, dan visi kolektif.

TERKAIT LAINNYA

Exit mobile version