Alhamdulillah, kabar gembira datang dari pedalaman Suku Anak Dalam (SAD). Setelah sempat terhenti karena Ramadhan dan Lebaran, kegiatan belajar mengajar di sekolah SAD kembali beraktivitas seperti biasa.
Kemeriahan ini semakin terasa dengan kedatangan dua orang murid baru dari warga sekitar yang mempercayakan pendidikan anak mereka kepada sekolah SAD.
Kedatangan murid baru ini merupakan bukti nyata bahwa cahaya literasi semakin terang di pedalaman SAD. Semangat belajar anak-anak SAD yang menggebu tak surut meskipun dihadapkan dengan keterbatasan sarana prasarana.
Namun, ditengah keceriaan ini, terdapat satu hal yang perlu menjadi perhatian bersama. Sekolah SAD saat ini kekurangan bangku (meja dan kursi) belajar. Meningkatnya jumlah peserta didik tak diimbangi dengan ketersediaan fasilitas yang memadai.
Kondisi ini dikhawatirkan dapat menghambat proses belajar mengajar dan membuat para murid merasa tidak nyaman.
“Oleh karena itu, kepada BMH dan dermawan, kami melaporkan dan mengajak untuk turut membantu menyediakan bangku belajar bagi anak-anak SAD,” ungkap dai tangguh BMH di SAD, Ustadz Bima Ardiansyah.
“Kami bersyukur atas semangat belajar yang luar biasa dari anak-anak SAD. Kehadiran murid baru merupakan bukti bahwa masyarakat semakin percaya dengan pendidikan di sekolah SAD. Namun, keterbatasan bangku belajar dapat menghambat proses belajar mengajar. Mari bersama kita bantu mereka dengan menyediakan bangku belajar yang layak, agar mereka dapat belajar dengan nyaman dan meraih cita-cita mereka,” imbuhnya.
Mari kita bersama-sama ulurkan tangan untuk membantu anak-anak SAD mendapatkan pendidikan yang layak. Sekolah tempat belajar mereka terletak di Desa Adat Berumbung Bandung Tigo Kejasung, Kecamatan Muaro Sebo Ulu, Kabupaten Batanghari, Jambi.
Secara terpisah, Corcomm BMH Pusat Imam Nawawi menerangkan bahwa program pendidikan ini merupakan kewajiban mendasar siapapun di negeri ini.
“Kita tahu bahwa pendidikan merupakan hak fundamental bagi setiap anak bangsa, tak terkecuali bagi anak-anak dari suku terasing di Indonesia seperti Suku Anak Dalam. Akses terhadap pendidikan berkualitas bagi mereka memiliki urgensi yang tinggi, bukan hanya untuk masa depan mereka sendiri, tetapi juga untuk kemajuan bangsa secara keseluruhan,” tegasnya.*/Ybh_yth