NASIONAL.NEWS — Kanker usus besar atau kanker kolorektal kini menjadi salah satu penyakit dengan prevalensi tinggi di Indonesia. Kepala KSM Bedah Rumah Sakit Unair dr. Ricky Wibowo, SpB., FINACS., menekankan urgensi deteksi dini sebagai langkah kunci pencegahan.
“Kanker usus besar adalah salah satu jenis kanker yang paling sering ditemukan di Indonesia,” kata dr. Ricky Wibowo yang juga staf pendidik klinis Fakultas Kedokteran Unair ini dalam keterangannya, Senin (8/9/2025).
Meski kerap dikaitkan dengan usia lanjut, lanjutnya, data menunjukkan 50 persen kasus terjadi pada individu di bawah 50 tahun, bahkan 28 persen di bawah usia 40 tahun.
dr. Ricky menjelaskan, kanker usus besar sering berawal dari benjolan kecil di dinding usus besar yang kemudian berkembang menjadi sel kanker.
Penyakit ini kerap muncul tanpa gejala jelas, sehingga banyak kasus baru terdeteksi pada stadium lanjut.
dr. Ricky menjelaskan, beberapa tanda yang perlu diwaspadai antara lain adanya darah pada tinja, diare atau sembelit berkepanjangan, rasa tidak nyaman di perut, perasaan buang air besar tidak tuntas, serta penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
Pentingnya Skrining
Lebih lanjut menurut dr. Ricky, skrining menjadi langkah krusial yang harus dilakukan secara berkala.
Ia membagi kategori risiko menjadi dua yaitu risiko sedang (usia 50 tahun ke atas tanpa riwayat keluarga atau radang usus) dan risiko tinggi (memiliki riwayat polip, operasi usus karena kanker, riwayat keluarga dengan kanker, atau faktor genetik).
Ada beberapa metode skrining yang direkomendasikan. Tes tinja dilakukan setiap satu tahun, CT scan abdomen setiap lima tahun, dan kolonoskopi setiap sepuluh tahun.
Kolonoskopi dianggap sebagai metode paling komprehensif karena mampu mendeteksi polip jinak maupun tumor ganas.
Jika ditemukan kelainan, jelas dr. Ricky, tindakan lanjutan berupa biopsi atau operasi pemotongan usus sesuai kaidah onkologi dapat dilakukan. Menurutnya, dalam kondisi tertentu, pembuatan stoma—saluran buang air besar melalui perut—mungkin diperlukan.
Pengaruh Gaya Hidup
Selain deteksi, lebih lanjut menurut dr. Ricky, pencegahan gaya hidup memegang peranan penting.
“Pencegahan terbaik adalah dengan menjaga gaya hidup sehat dan melakukan skrining rutin,” ujar dr. Ricky.
Langkah pencegahan meliputi konsumsi makanan tinggi serat, asupan probiotik dan prebiotik, olahraga teratur, serta menghindari alkohol dan rokok.
Dengan peningkatan kesadaran masyarakat, dia menambahkan, diharapkan angka kejadian kanker usus besar dapat ditekan.
Ia menegaskan, deteksi dini bukan hanya memberi peluang sembuh lebih besar, tetapi juga menekan dampak psikologis, sosial, dan ekonomi bagi pasien maupun keluarga.