NASIONAL.NEWS — Kasus cacingan berat yang menimpa seorang balita di Kabupaten Seluma, Bengkulu, kembali mengingatkan bangsa Indonesia pada pentingnya kesehatan anak sebagai fondasi masa depan.
Dalam kerangka tujuan pembangunan nasional, persoalan kesehatan dasar seperti gizi, sanitasi, dan pencegahan penyakit menular masih menjadi pekerjaan bersama lintas sektor.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menegaskan bahwa upaya pencegahan akan diperkuat melalui pengawasan ketat pada program Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) cacingan.
“Kemenkes memastikan POPM cacingan di desa setempat tetap digencarkan dengan memastikan obat diminum langsung di depan petugas. Selain itu, penyuluhan berkala, kunjungan rumah, dan pemantauan balita yang tidak hadir di Posyandu akan diperkuat,” bunyi pernyataan resmi Kemenkes dinukil Jum’at (19/9/2025).
Langkah ini diambil menyusul kasus seorang balita berusia 1 tahun 8 bulan berinisial KNS dari Desa Sungai Petai, Kecamatan Talo Kecil.
Balita tersebut dirawat intensif sejak 14 September 2025 dengan kondisi berat. Gejala yang dialami antara lain demam, sesak, hingga keluarnya cacing dari hidung dan feses.
Menderita Sindrom Loeffler
Dokter mendiagnosis KNS menderita bronkopneumonia (syndrom Loeffler), ascariasis, gizi buruk, dan anemia defisiensi besi.
Hasil penyelidikan menunjukkan faktor risiko utama berasal dari kondisi gizi dan lingkungan yang tidak layak. Rumah pasien masih berlantaikan tanah, lembab, tanpa jendela, serta jarak sumber air bersih dengan septic tank kurang dari tiga meter.
Pada Juli 2025, orang tua pasien menerima obat cacing saat kegiatan Posyandu. Namun, investigasi menemukan tidak ada jaminan apakah obat tersebut benar-benar sudah diminum.
“Kasus ini memberikan pelajaran berharga. Investigasi bersama sudah dilakukan, dan tindak lanjut akan difokuskan pada efektivitas program, perbaikan lingkungan, serta pemantauan kesehatan anak,” kata Kepala Biro Komunikasi Kemenkes Aji Muhawarman.
Investigasi gabungan yang dilakukan pada 17 September 2025 melibatkan Kemenkes, Kemenko PMK, Pemerintah Provinsi Bengkulu, Pemerintah Kabupaten Seluma, hingga Baznas.
Dalam pemeriksaan, tim juga menemukan kakak pasien yang berusia 4 tahun mengalami kondisi serupa. Anak tersebut kini dirawat di RS Ummi dengan diagnosis ascariasis dan gizi kurang.
Padahal, data resmi mencatat cakupan POPM cacingan di Kabupaten Seluma telah mencapai 99 persen. “Evaluasi akan diarahkan pada pemantauan kepatuhan minum obat di masyarakat,” tambah Aji Muhawarman.
Program Bedah Rumah
Sebagai tindak lanjut, pemerintah daerah bersama Baznas menyiapkan program bedah rumah untuk memperbaiki kondisi tempat tinggal keluarga pasien.
Program ini diharapkan dapat mencegah risiko kesehatan dari lingkungan yang tidak layak. Sementara itu, Kemenko PMK menegaskan bahwa koordinasi lintas sektor akan terus diperkuat.
Tujuannya agar perbaikan kesehatan dan lingkungan dapat berjalan berkelanjutan, sejalan dengan komitmen pembangunan nasional di bidang kesehatan masyarakat.
Kasus Seluma menjadi momentum penting untuk meninjau kembali strategi nasional pencegahan cacingan.
Dengan langkah investigasi, evaluasi program, serta sinergi lintas kementerian, pemerintah berharap persoalan kesehatan dasar anak bangsa dapat ditangani secara menyeluruh dan berkesinambungan.