MALANG – Madrasah Diniyah Ar-Rohmah Putri Islamic Boarding School (Artri IBS) menggelar Parade Tasmi’ Al-Qur’an Jilid II untuk Program Takhasus Itqanu Tahfizhil Qur’an bertajuk “Santri Berprestasi Qur’ani, Mendunia untuk Negeri” yang berlangsung sejak pagi sekira pukul 05.00 hingga 17.00 WIB.
Acara yang berlangsung khidmat dan turut disaksikan walimurid ini berlangsung di Aula Raihanah Lantai 4, Komplek Artri IBS, Jl. Jambu, Semanding, Sumbersekar, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Kamis (28/9/2023).
Panitia acara yang juga penanggungjawab program Takhasus dan Dauroh, Ustadzah Abidatul Muthiah, menyampaikan kegiatan Parade Tasmi’ Al-Qur’an II ini tidak saja sebagai upaya menjaga hafalan agar mendapatkan manfaat dan keberkahan yang Allah berikan kepada para penghafal Al-Qur’an.
Kegiatan ini, lanjut Muthiah, juga bertujuan untuk mencetak generasi penghafal Al-Qur’an yang menjaga kemurnian kalam-Nya dengan menumbuhkan semangat santri untuk senantiasa menjaga kualitas hafalan dan bacaan Al-Qur’an.
“Kegiatan ini juga bertujuan menguatkan ikhtiar kependidikan untuk mengantar santri program takhasus untuk mutqin dengan minimal tasmi’ 10 juz sekali duduk dan kemudian kelak ananda ini mampu mensyiarkan Al-Qur’an,” kata Muthiah menandaskan.
Peserta Parade Tasmi’ Al-Qur’an Jilid II ini diikuti oleh 81 santriwati hafizhah 30 Juz program Takhasus Marhalah 1-6 (Itqanu Tahfizhil Qur’an).
Al Qur’an Kemuliaan Utama
Kepada para santriwati ini, Direktur Yayasan Ar-Rohmah Putri Grup Ust. Muhammad Syuhud, M.Hum. berpesan hendaknya menjadi penjaga Al Qur’an dengan selalu dekat kepada Allah Ta’ala dengan niat yang lurus kepada-Nya.
Beliau juga mengutarakan rasa bangga atas prestasi yang dicapai para santri takhasus dari proses mujahadahnya menghafal dn memutqinkan hafalan, hingga kemudian mampu tasmi’ 5-10-15-20 juz sekali duduk.
“Pegang eratlah Kitabullah dengan mempelajari, menghafal, dan mengajarkannya. Ini adalah sebuah kemuliaan utama,” katanya saat membuka acara tersebut.
Ust. Muhammad Syuhud menegaskan, Parade Tasmi’ Al-Qur’an ini merupakan sebuah kemuliaan dan keberkahan bagi santri Takhasus yang mampu berjuang hingga mampu menghafal Al-Qur’an 30 Juz dan benar-benar menjaganya.
“Kemudian mengamalkannya, karena dengannya Allah memberikan kemudahan segala urusannya di dunia dan menjadikan Al-Qur’an sebagai penolong kelak di akhirat,” pesannya penuh haru.
Beliau menambahkan, kemuliaan menghafal Al-Qur’an para santri ini tidak terbatas untuk dirinya sendiri, namun orangtuanya kelak akan diangkat derajatnya di Jannah dan diberikan sebuah mahkota yang sinarnya lebih terang daripada matahari sebagaimana dinukil dalam hadis shahih.
Sanad untuk Salma Fitriah dan Meisya Neila
Sementara itu Muqri’ Qiroat Asyroh Sughro, Syaikh Mohammed Ramadhan Al-Omrani, Lc., M.A, yang menguji para santriwati menegaskan bahwa para orang tua hendaknya benar-benar mendidik putrinya untuk mempelajari Al-Qur’an dengan menghafal, mempelajari, dan mengamalkannya.
Dengan begitu, jelas Syaikh Al-Omrani, para anak anak kita kelak menjadi seperti Sayyidatuna Aisyah Radhiyallahu ‘anha, yang darinya lahir generasi Qur’ani pembangun peradaban Islam di masa mendatang.
Pada kesempatan istimewa itu Syaikh Al-Omrani mengemukakan rasa bangga dan haru bahagia atas pencapaian mutqin para santri penghafal Al-Quran.
Syaikh Al-Omrani menyampaikan bahwa hafalan anak-anak ini kuat, lancar, dan bacaannya bagus. Bahkan ia memberikan ijazah sanad surat Al-Fatihah riwayat Hafsh An Ashim kepada kedua santri berprestasi atas nama Salma Fitriah dan Meisya Neila Firdaus Al Jannah.
Beliau berpesan kepada kedua ananda untuk parade berikutnya agar mempersiapkan hafalan 30 Juz sekali duduk untuk pengambilan sanad riwayat Hafsh an ‘Ashim secara utuh.
Parade Tasmi’ Al-Qur’an Jilid II pun disambut gembira dan penuh antusias oleh para santri. Seperti ditunjukkan Syifa Noor Zulaecha, yang duduk di bangku Kelas XII MIPA 2/Marhalah VI Zaid bin Tsabit.
Syifa mengungkapkan rasa bahagia dan haru bisa melalui ujian 20 Juz sekali duduknya. Dia mengakui, untuk memutqinkan hafalan itu butuh perjuangan dan pengorbanan, karena cukup menguras waktu dan tenaga. Dengan dapat melalui proses ini, Syifa amat terharu.
“Mutqin itu tidak butuh waktu luang dan banyak, namun justru harus meluangkan waktu. Menghafal Al-Qur’an dan menjaganya dengan mutqin dalam dada itu harus dilakukan setiap penghafal, karena untuk meraih ridha dan Jannah-Nya kelak di akhirat,” imbuhnya.
Syifa pun mengajak setiap penghafal dan pembelajar Al Qur’an untuk selalu meluruskan niatnya karena Allah Ta’ala. Karenanya, kata dia, apabila Allah SWT menakdirkan kelulusan di perguruan tinggi negeri atau luar negeri melalui beasiswa hafalan maka itu merupakan bonus dari-Nya. (jpi/nns)