Peringatan 75 Tahun Nakbah Kuatkan Hubungan Kebangsaan Indonesia – Palestina

hadi nur ramadhan

JAKARTA – Lembaga kemanusiaan untuk anak dan perempuan Adara Relief International menggelar acara peringatan peristiwa Nakbah ke-75 tahun di Aula IASTH Universitas Indonesia (UI), Jalan Salemba Raya, Senen, Jakarta, Jum’at (26/5/2023).

Acara ini digelar bekerjasama dengan Kajian Timur Tengah dan Islam (KTTI) Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia dengan mengangkat tajuk “Ongoing Nakba: Reveal the Truth of Palestine” yang berisi diskusi publik, ulasan film, dan pameran.

Bacaan Lainnya

Direktur Adara Relief International Maryam Rachmayani dalam sambutannya mengatakan acara ini hadir sebagai upaya melanjut dan menguatkan hubungan kebangsaan Indonesia – Palestina.

“(Hubungan kebangsaan Indonesia – Palestina) telah dimulai oleh para pendiri bangsa yang sejak awal memperjuangkan kemerdekaan Palestina,” kata Maryam pada acara diikuti sedikitnya 200 peserta yang digelar hibryd itu.

Maryam memaparkan bahwa Nakbah merupakan malapetaka yang menimpa bangsa Palestina dan hal itu masih berlanjut hingga detik ini.

“Pada hari ini kita kembali mengukuhkan dukungan bangsa Indonesia terhadap Palestina. Sebagaimana pesan Bung Karno untuk kita semua, bahwa,” kata Maryam seraya menukil perkataan Bung Karno:

“Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel

Dihadiri Miko Peled

Peringatan 75 Tahun Nakbah ini makin istimewa dengan kehadiran Miko Peled. Pria berkebangsaan Israel-Amerika ini dikenal sebagai aktifis dan seorang Yahudi Israel yang pro terhadap perjuangan kemerdekaan Palestina.

Berbicara melalui sambungan video teleconference sebagai keynote speaker acara tersebut, Miko Peled menyampaikan setiap bulan Mei diperingati peristiwa malapetaka (catastrophe) Nakbah.

Menurut Miko, Nakbah adalah peristiwa besar terjadinya pembantaian dan pembersihan etnis yang terjadi di kepada rakyat Palestina.

“Saat negara Israel didirikan, Palestina hanyalah Palestina, setiap peta yang kita lihat adalah Palestina. Namun sementara itu jutaan orang terusir, dan tak terhitung jumlahnya orang Palestina yang dibunuh, kota-kota diambil alih, gerakan zionis menjadi negara Israel,” terangnya.

“Lalu orang-orang melupakan Palestina. 75 tahun setelah peristiwa Nakbah, perilaku apartheid Israel di atas warga Palestina masih terus terjadi dan menjadi semakin buruk setiap waktu,” tandasnya mengingatkan.

Diplomasi Indonesia

Masih pada kesempatan yang sama, Bagus Hendraning Kobarsyih, Direktur Timur Tengah Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemenlu RI) turut menjadi keynote speaker.

Bagus menyampaikan bahwa jalur diplomasi yang ditempuh oleh Indonesia turut memberi sumbangsih dalam mengangkat persoalan Palestina di pembahasan tingkat dunia.

“Melalui Amnesti Internasional, berbagai kejahatan yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina, telah dikategorikan sebagai perilaku apartheid,” katanya.

Bagus turut menyampaikan bahwa untuk pertama kalinya dalam sejarah, Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), secara resmi memperingati Hari Nakbah pada Senin, 15 Mei 2023 lalu. Demikian pula Presiden Joko Widodo atas nama bangsa Indonesia.

Sebagaimana dilansir laman United Nations (UN), pada momen peringatan Nakbah tersebut Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa peringatan 75 tahun Nakbah harus menjadi momentum untuk menggelorakan kembali dukungan Indonesia terhadap perjuangan rakyat Palestina.

Bagus mengapresiasi kegiatan Ongoing Nakba berupa kegiatan diskusi publik, ulasan film, dan pameran yang diadakan Adara Relief International dan Universitas Indonesia ini.

“Kegiatan semacam ini sejalan dengan cita cita luhur, untuk mencapai kemerdekaan bangsa Palestina,” katanya.

Nakbah masih berlangsung

Sebelum pemaparan lebih jauh dalam diskusi publik tragedi Nakbah, seluruh peserta diajak mengulas bersama cuplikan film “Farha”, sebuah film terobosan sutradara Yordania, Darin J. Sallam, yang menggambarkan penderitaan rakyat Palestina dalam tragedi Nakbah.

Pada kesempatan ini diskusi publik dibuka oleh Hasanah Ubaidillah, selaku sekertaris Asia Pasific Women Coalition for Al-Quds and Palestine (ApWCQP). Dia menyampaikan bahwa Nakbah tidak hanya terjadi pada tahun 1948, tetapi masih berlangsung hingga saat ini.

“Zionis hingga saat ini melakukan pembersihan etnis bangsa Palestina melalui tiga agenda besar: peperangan, rekayasa tata kota,, dan penghilangan identitas,” kata Hasanah yang juga Direktur Fundrising dan Program Adara Relief.

Dalam hal ini, dia menegaskan, tentu saja anak dan perempuan menjadi korban yang paling terdampak dari usaha-usaha perilaku apartheid yang dilakukan zionis Israel.

Palestina dan dukungan Indonesia

Dalam pada itu, narasumber lainnya dalam diskusi tersebut Ketua KTTI SKSG UI Yon Machmudi menyatakan bahwa kemerdekaan Palestina menjadi solusi perbaikan ekonomi secara permanen.

Karena itu, terang dia, membangun sumber daya manusia menjadi sangat penting. “Bangsa Indonesia perlu menjadikan Palestina isu internasional, agar tidak responsif saat ada kejadian besar saja,” tandasnya berpesan.

Sementara itu dosen Hukum Internasional Universitas Indonesia Heru Susetyo memaparkan bahwa Nakbah masih berlangsung hingga saat ini serta masih terus diperingati dan menjadi kunci penting.

“Lambang Nakbah adalah kunci, kunci rumah mereka yang tidak bisa mereka tempati lagi. Dan, kunci itu terus mereka pegang sebagai harapan, bahkan dari generasi ke generasi,” imbuhnya.

Pendiri Pusat Advokasi Hukum dan Hak Asasi Manusia (PAHAM) Indonesia ini juga berpesan bahwa bangsa Indonesia harus memperkuat dukungannya untuk mengembalikan hak untuk kembali (right to return) bagi pengungsi Palestina yang dijamin oleh hukum internasional.

Peran pendiri bangsa untuk Palestina

Sebagai penutup diskusi, Hadi Nur Ramadhan dari Pusat Dokumentasi (Pusdok) Tamadun mengulas bagaimana peran perjuangan para pendiri bangsa, baik dari kalangan nasionalis hingga agamis turut serta dalam mendukung kemerdekaan bangsa Palestina.

Hadi Nur menyebutkan, aksi solidaritas untuk Palestina sudah ada setidaknya sejak tahun 1930 dimana ada sosok cendekiawan pejuang kemerdekaan bernama Prof. Abdul Kahar Muzakkir yang getol menjalin relasi dan menyuarakan kemerdekaan untuk Palestina.

“Profesor Abdul Kahar Muzakkir saat itu mengatakan bahwa memperjuangkan bangsa Palestina adalah mempercepat kemerdekaan Indonesia dan pesan ini bahkan dimuat dalam pers Palestina, Sawt al-Sah’b”.

Bersamaan dengan diskusi dan review film, Adara juga menyelenggarakan pameran yang berisi gambaran tragedi Nakba dan sejarah dukungan para pemimpin bangsa Indonesia terhadap Palestina. Sebagian dari buku-buku yang dipamerkan merupakan koleksi dari Pusdok Tamaddun.

Acara ini turut dihadiri oleh Koalisi Perempuan Peduli Al Aqsa (KPIPA), 21 komunitas Adara, ormas perempuan; PP Salimah, PB Wanita Al Irsyad, Wanita Islam, PUI, Mathlaul Anwar, Asia Pacific Community for Palestine (ASPAC) serta NGO pemerhati Palestina di Indonesia.

Beberapa publik figur pemerhati Palestina juga terlihat hadir dalam acara ini diantaranya Annisa Theresia (Tere), Asma Nadia, Chikita Fawzi dan Isabella Fawzi. Acara ini juga didukung oleh Maqdis Academy, LKHI FH Universitas Indonesia, Gerai Adara, HIMA KTTI dan Salam UI.

YACONG B. HALIKE

Pos terkait