Semboyan ‘Bhinneka Tunggal Ika’ Modal Besar Bangsa Indonesia Merawat Kerukunan

dialog pemuda

JAKARTA – Cendekiawan yang juga Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2015-2019 Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA, mengatakan semboyan ‘Bhinneka Tunggal Ika’ adalah kekayaan sangat berharga dan modal besar bangsa Indonesia dalam merawat persatuan dan kerukunan.

“Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa Indonesia yang tertulis pada lambang negara Indonesia yaitu Garuda Pancasila. Semboyan negara ini menggambarkan kondisi Indonesia yang terdiri dari ragam budaya, bahasa, dan agama namun tetap menjadi satu bangsa,” kata Prof. Dr. H. Dede Rosyada.

Bacaan Lainnya

Hal itu disampaikan Prof Dede Rosyada saat saat menyampaikan sambutannya dalam kegiatan Dialog Lintas Agama yang diselenggarakan oleh Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) DKI Jakarta di Swiss-Belinn Hotel, Kemayoran, Jakarta, Selasa (19/9/2023).

Dia menegaskan semboyan yang diwariskan para pendiri bangsa ini merupakan modal besar yang dimiliki oleh bangsa Indonesia agar terus dirawat dan kembangkan.

“Kita seharusnya bisa hidup rukun, damai, penuh toleransi dalam kemajemukan, dalam keberbedaan. Karena memang kita dilahirkan menjadi bangsa yang beragam,” imbuhnya.

Tetapi, ia melanjutkan, dalam perkembangan sejarah banyak keragaman yang muncul, tetapi sekali lagi kuncinya satu yaitu we have to be more united. “Kita harus lebih bersatu sebagai tercerminan dari bangsa yang menjunjung semboyan Bhineka Tunggal Ika,” tegasnya.

Dihadapan puluhan peserta dialog yang terdiri dari organiasi kepemudaan dan mahasiswa dari lintas agama, Prof Dede mengatakan memiliki cukup banyak pengalaman mengunjungi berbagai negara saat menjabat sebagai rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dia menyebutkan, banyak negara yang hanya memiliki sedikit etnik, tapi paling sering mengalami konflik. Afganistan misalnya yang memiliki kurang lebih 3 etnik tapi eskalasi konflik antar mereka sangat tinggi.

“Begitu juga dengan Amerika. Mereka berteriak we are American, we are democracy, tapi tetap saja tidak bisa bersatu. Ketimpangan dan ketidakadilan masih terjadi, demikian pula rasisme antar kulit putih dan kulit hitam terus belangsung,” tukasnya.

Adapun di Indonesia dengan beragam suku dan budaya serta berbagai heteroginitasnya sebagai bangsa yang besar, mampu menjaga kebersamaan dan harmoni. Bagi Prof Dede inilah the Miracle of Bhineka Tunggal Ika.

Disebut keajaiban, jelas Prof Dede, karena semboyan itu mampu menayatukan beragam suku, budaya, dan agama hidup secara berdampingan. Meskipun belum sepenuhnya baik.

“Disinilah peran serta anak anak muda dalam menyelesaikan problematika bangsa dalam kebersamaan sebagai komitmen dalam menjaga serta meneruskan cita-cita para pendiri bangsa,” tandasnya. (ybh/nns)

Pos terkait