Bahasa Indonesia sebagai Pilar Literasi dan Karakter Bangsa

NN Newsroom

Senin, 30 Juni 2025

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof Dr Abdul Mu'ti, dalam acara 'Pak Menteri Menyapa Guru Bahasa Indonesia' bersama Badan Bahasa di Jakarta, Selasa, 24 Juni 2025 (Foto: dok. Kemendikdasmen)

NASIONAL.NEWS — Penguatan literasi dan kemahiran berbahasa menjadi sorotan utama Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti.

Dalam pernyataannya, ia menegaskan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia tidak cukup berhenti pada aspek komunikasi. Menurutnya, bahasa harus menjadi alat logika berpikir, penyusun argumen, dan penanam keadaban.

“Bahasa Indonesia merupakan simbol kedaulatan budaya yang harus dijaga melalui pendidikan yang bermutu dan kolaboratif,” ujar Abdul Mu’ti di Gedung A Kemendikdasmen, Jakarta, Selasa (24/6/2025).

Melalui program Trigatra Bangun Bahasa—utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing—ia mengajak seluruh pihak memperkuat fondasi berpikir generasi muda.

Menurutnya, persoalan utama bukan pada kemampuan membaca, melainkan pada ketidakmampuan memahami isi bacaan secara utuh atau fungsional reading.

Menyapa Guru Bahasa Indonesia

Kementerian pun menggelar kegiatan “Pak Menteri Menyapa Guru Bahasa Indonesia” bersama Badan Bahasa.

Acara ini bertujuan menguatkan sinergi antar-pemangku kepentingan dalam menjaga Bahasa Indonesia sebagai identitas dan alat pemersatu bangsa.

Hafidz Muksin, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, memaparkan bahwa hasil Uji Kemahiran Bahasa Indonesia (UKBI) masih menunjukkan capaian siswa di bawah standar.

Siswa SMP rata-rata hanya mencapai tingkat semenjana, sementara SMA/SMK berada di level madya, bahkan sebagian masuk kategori marginal.

“Kami berharap dukungan dari guru Bahasa Indonesia dapat menjadi garda terdepan dalam upaya meningkatkan literasi siswa,” tegas Hafidz dalam keterangannya dikutip laman Kemendikdasmen.

Ketua Asosiasi Guru Bahasa dan Sastra Indonesia (AGBSI), Setio Wawan Adiatma, menekankan perlunya kolaborasi antara organisasi profesi dan pemerintah dalam implementasi Permendikdasmen No. 2 Tahun 2025.

“Pelibatan guru secara langsung akan memberdayakan mereka sebagai agen perubahan dalam menegakkan martabat serta mengembangkan kegiatan kebahasaan dan kesastraan Indonesia di daerah,” ujarnya.

Namun, tantangan struktural juga muncul dari lapangan. Ketua MGMP Jakarta Timur, Foy Ario, mengungkapkan beban kerja berat yang dialami guru, terutama karena kekurangan tenaga pengajar dan banyaknya guru yang akan pensiun. Guru Bahasa Indonesia harus mengajar hingga 45 jam pelajaran per minggu.

“Bahan bacaan yang tersedia pun masih didominasi cerita rakyat dan belum cukup variatif untuk anak zaman sekarang,” katanya. Ia berharap adanya peningkatan dukungan dan fasilitasi dari pemerintah terhadap MGMP.

Suara dari Guru Bahasa Indonesia

Lilik Musyarofah, guru SMK Negeri 3 Jakarta, menegaskan bahwa pemahaman kaidah bahasa adalah bagian penting dari pengajaran.

Ia mendorong pelatihan keterampilan berbahasa tak hanya untuk guru Bahasa Indonesia, tetapi juga bagi seluruh guru lintas mata pelajaran.

“Saya berharap MGMP Bahasa Indonesia mendapat dukungan penuh, baik dari dinas pendidikan ataupun kementerian,” ungkapnya.

Guru Bahasa Indonesia SMK Negeri 11 Jakarta juga menekankan pentingnya literasi mendalam dan penyampaian gagasan yang tertata serta empatik.

“Berbicara dan membaca bukan hanya aktivitas teknis, melainkan proses menyerap ilmu dan menerapkannya dengan bahasa yang santun,” katanya. Ia menutup dengan ajakan, “Perlu kolaborasi melalui MGMP demi memperkuat sinergi antarpendidik.”

Inisiatif kolektif yang digerakkan dari kementerian hingga ruang kelas ini menandai pentingnya Bahasa Indonesia tidak hanya sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai instrumen pembentuk karakter dan kecakapan berpikir kritis.

TERKAIT LAINNYA

Exit mobile version