Dua Syarat dengan Tiga Target Shaum Ramadhan Kita

shaum ramadan

BISMILLAH, Alhamdulillah. Puji syukur kita panjatkan doa kehadirat-Nya. Atas seizin-Nya jua kita masih dapat menjalankan shaum Ramadhan 1445 hijriyah hari yang keempat ini.

Terkait dengan shaum Ramadhan, Allah Ta’ala menjelaskannya dalam surat Al Baqarah dari ayat 183 sampai dengan ayat 188.

Dalam kita melaksanakan shaum dianjurkan untuk melaksanakan 2 syarat yaitu, bersahur dan berbuka.

Tentang Sahur

Anas bin Malik RA berkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda,

تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السُّحُورِ بَرَكَةً

“Makan sahurlah kalian karena sesungguhnya di dalam sahur itu terdapat berkah.” (HR Bukhari).

Kapan waktu yang ideal untuk melaksanakan makan sahur itu? Sebaiknya mendekat ke waktu subuh. Mengapa? Dengan demikian kita akan terhindar dari kesiangan untuk melaksanakan shalat subuh.

Bandingkan jika kita makan sahur pada waktu dini hari (pukul 02 misalnya), bisa jadi kita menanti waktu subuh, kita ketiduran. Dan akhirnya subuh kita kesiangan.

Perihal Berbuka

Rasulullah menganjurkan umatnya untuk segerakan berbuka puasa. Rasulullah SAW bersabda: “Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (HR. Bukhari no 1957 – Muslim no.1098).

Kapan pula sebaiknya waktu kita untuk berbuka atau membatalkan shaum? Di waktu terdengar adzan dari masjidkah atau di waktu adzan dari televisi?

Waktu adzan Mahgrib baik dari masjid maupun dari televisi bukanlah merupakan pegangan mutlak. Yang mengikat kita untuk berbuka adalah waktu. Tidak memperlambat waktu untuk berbuka dan tidak pula mempercepatnya.

Bisa jadi waktu yang kita tunggu untuk berbuka adalah adzan Maghrib itu sudah datang. Namun pada saat yang sama sang penyuara adzan (muadzin) telah berbuka terlebih dahulu baru dia mengumandangkan adzan.

Jikalah sang muadzin tersebut minum dan makan takjil terlebih dahulu baru dia kumandangkan adzan mahgrib, maka kita telah memperlambat waktu membatalkan shaum kita.

Oleh karena itu, peganglah waktu yang tertera di kalender ormas Islam atau waktu yang terjadwal oleh lembaga resmi pemerintah.

Disamping itu, oleh Nabi kita dianjurkan untuk berbuka dengan yang baik baik terutama yang baik untuk kesehatan. Salah satunya, beliau mengajurkan berbuka puasa dengan kurma.

Rasulullah SAW berpesan: ”Apabila salah seorang di antara kalian berbuka, hendaklah berbuka dengan kurma, karena dia adalah berkah, apabila tidak mendapatkan kurma maka berbukalah dengan air karena dia adalah bersih.’ (HR. Tirmidzi dan Abu Dawud).

Kita juga dianjurkan sekali untuk memperbanyak munajat menjelang berbuka puasa karena ini merupakan momen mustajab Allah Ta’ala mengabulkan segala doa kita.

Ketika berbuka puasa, Rasulullah SAW berdoa: “Dhahaba azh-zhama’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah (Rasa haus telah hilang dan urat-urat telah basah, dan pahala telah ditetapkan insya Allah),” (HR. Abu Daud No. 2357, Hasan).

Dua syarat tadi, yaitu bersahur dan berbuka, merupakan sunnah untuk kita laksanakan dalam kita menjalankan shaum.

Tujuan Puasa

Apakah cukup dengan makan sahur sebagai pengganti makan pagi dan makan siang, serta berbuka dan makan untuk melepas dahaga dan lapar sebagai maksud kita menjalankan shaum? Bukan itu maksud dari ber-shaum.

Kita menjalankan kewajiban shaum itu ada target yang harus kita capai. Target yang harus kita capai itu setidaknya ada tiga, yaitu:

Pertama, untuk menggapai taqwa. Merujuk Al Quran Surat Al Baqarah ayat 183.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”

Orang yang bertakwa itu adalah orang taat dan takut kepada Allah. Karena dia taat dan takut, maka dia akan menjalankan perintahNya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Dengan menjalankan puasa Ramadhan, akan terkendali syahwatnya yaitu tidak melakukan perbuatan yang tercela karena dorongan hawa nafsu jahat.

Kedua, berpuasa itu memberi manfaat. Merujuk Al Quran Surat Al Baqarah ayat 184.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ۗوَاَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

“dan berpuasa itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”

Puasa akan memberi dampak atau manfaat kepada dua hal yaitu, dampak kepada jasmani (berupa kesehatan) dan dampak kepada rohani (jiwa) seperti mengendalikan hawa nafsu. Orang yang menjalankan shaum harus mampu mengendalikan kesabaran dan keihklasan dalam segala hal.

Ketiga, adalah bersyukur. Merujuk Al Quran Surat Al Baqarah ayat 185.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗوَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗيُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖوَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

“Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil). Oleh karena itu, siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan itu, berpuasalah. Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari (yang ditinggalkannya) pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur”

Ayat tersebut di atas ditutup dengan kata bersyukur. Al Quran sebagai petunjuk antara yang hak dan yang batil.

Kita akan tahu yang hak dan yang batil itu jika kita melakukan tadarus dan tadabur Al Quran. Dan, itulah yang kita jadikan target shaum kita.

Dalam melaksanakan shaum, syarat berupa sunnah harus kita jalankan. Target pun harus kita lakukan dengan ikhtiar. Kedua hal itu harus terpatri dalam sanubari kita.

Dengan demikian, syarat merupakan contoh aturan yang harus kita jalankan karena Rasulullah SAW mencontohkannya.

Sedangkan target merupakan tekad yang harus kita eksekusi sungguh sungguh dengan keikhlasan sepenuh hati.

Jika dua syarat dan tiga target di atas tidak kita lakukan, maka tujuan kita menjalankan ibadah shaum Ramadhan belum mengena sasarannya.

Semoga Allah Ta’ala menerima dan meridhai puasa dan amalan lain yang menyertai puasa Ramadhan kita.

Kita berharap Allah Ta’ala membimbing kita ke jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang diridhai-Nya dalam segala hal. Aamiin Ya Rabbal’alamiin.

Semoga pula kita dapat mengoptimalkan permata yang ada dalam hidup kita yaitu permata kebaikan untuk menghantar kita menjadi insan pilihan dan masuk ke dalam kategori muttaqin (orang yang memiliki ketakwaan). In syaa Allah.

Kebenaran itu sesungguhnya datang dari Allah Ta’ala dan Dialah Yang Maha Benar. Kesalahan merupakan kedhaifan dari penulis. Dan, kepada-Nya jualah penulis memohon ampunan atas segala kelemahan, kealpaan, dan kesalahan.

*) H. Bambang Subekti, penulis adalah pemetik buah hikmah kehidupan

Pos terkait