Gaharu Indonesia Jadi Incaran Dunia, Harga Tembus Rp1,5 Miliar per Kilogram

Kayu gaharu asal Indonesia kian mencuri perhatian dunia. Dengan harga jual yang fantastis hingga mencapai Rp1,5 miliar per kilogram, komoditas hutan ini kini menjadi salah satu buruan utama negara-negara Timur Tengah dan Asia Timur. Potensi ekonomi gaharu bahkan disandingkan dengan logam mulia, mengingat harganya yang bisa melampaui nilai 60 gram emas.

kayu gaharu

Gaharu dihasilkan dari pohon genus Aquilaria yang secara alami mengeluarkan resin aromatik saat mengalami infeksi atau luka. Resin ini menghasilkan aroma khas yang menjadikan gaharu bahan baku utama industri parfum mewah, dupa, hingga pengobatan tradisional.

Bacaan Lainnya

Harga Selangit dan Pasar Internasional

Di pasar domestik, harga gaharu berkualitas tinggi mencapai sekitar Rp53 juta per kilogram. Namun, di pasar global, harga gaharu bisa melonjak drastis hingga Rp133 juta per kilogram.
Jenis gaharu super premium, seperti kynam atau kyara, bahkan diperdagangkan dengan harga fantastis, yakni Rp1,5 miliar per kilogram, menjadikannya salah satu produk hutan termahal di dunia.

Pasar utama ekspor gaharu Indonesia meliputi Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Jepang, dan Tiongkok. Negara-negara ini memanfaatkan gaharu untuk keperluan religi, aromaterapi, hingga pembuatan parfum kelas dunia. Permintaan yang terus meningkat membuka peluang besar bagi Indonesia untuk mengukuhkan posisi sebagai eksportir gaharu terbesar dunia.

Proses Terbentuknya Gaharu yang Langka

Tidak semua pohon Aquilaria dapat menghasilkan gaharu. Resin aromatik hanya terbentuk sebagai respons alami pohon terhadap serangan jamur atau cedera. Karena proses ini tidak dapat diprediksi secara alami, ketersediaan gaharu menjadi sangat terbatas.
Kelangkaan inilah yang menyebabkan harga gaharu melambung tinggi di pasar dunia.

Selain itu, kualitas gaharu ditentukan oleh tingkat kepekatan resin, aroma, dan warna kayu. Semakin tinggi kualitasnya, semakin mahal harganya.

Tantangan: Kelangkaan dan Ancaman Ekologis

Tingginya permintaan global terhadap gaharu membawa konsekuensi serius terhadap keberlanjutan ekosistem hutan Indonesia. Eksploitasi berlebihan dan pembalakan liar menjadi ancaman nyata bagi kelestarian pohon Aquilaria.

Pemerintah Indonesia telah menetapkan berbagai regulasi untuk mengendalikan perburuan liar. Salah satu upaya yang tengah didorong adalah budidaya gaharu menggunakan teknik inokulasi buatan. Melalui metode ini, pohon Aquilaria disuntik jamur secara terkontrol untuk menghasilkan resin, sehingga ketersediaan gaharu bisa lebih terjamin tanpa merusak ekosistem.

Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan bahwa budidaya gaharu berbasis konservasi menjadi solusi penting untuk menyeimbangkan kebutuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan.

Peluang Besar: Mengangkat Komoditas Lokal ke Pasar Dunia

Industri gaharu Indonesia dipandang sebagai sektor strategis yang dapat mendorong ekspor non-migas. Melalui peningkatan teknologi budidaya, penguatan branding gaharu Indonesia, serta perluasan jaringan pemasaran internasional, nilai ekspor gaharu bisa meningkat signifikan.

Pakar kehutanan menyebutkan, dengan manajemen yang tepat, potensi nilai ekspor gaharu Indonesia bisa menyentuh angka ratusan juta dolar AS dalam beberapa tahun ke depan.
Terlebih, Indonesia memiliki keunggulan komparatif karena iklim tropisnya mendukung pertumbuhan alami Aquilaria yang menghasilkan gaharu berkualitas tinggi.

Para pelaku usaha di sektor kehutanan pun didorong untuk melakukan investasi di bidang budidaya gaharu, memanfaatkan peluang pasar dunia yang terus berkembang.

Aset Alam yang Perlu Dijaga

Gaharu bukan sekadar komoditas mewah, melainkan aset nasional yang merepresentasikan kekayaan biodiversitas Indonesia.
Dengan pengelolaan berkelanjutan, gaharu dapat menjadi sumber ekonomi hijau yang memberikan manfaat ekonomi jangka panjang tanpa mengorbankan kelestarian hutan tropis nusantara.

Indonesia diharapkan mampu menjaga keseimbangan antara eksploitasi dan konservasi agar gaharu tetap menjadi primadona pasar dunia, sekaligus warisan alam yang tetap lestari untuk generasi mendatang.

Pos terkait