Harga emas global mencatatkan tren penguatan signifikan sepanjang pekan ini. Sentimen pasar yang tetap optimistis menjadi faktor utama mendorong pergerakan positif komoditas logam mulia tersebut.
Berdasarkan analisis teknikal menggunakan kombinasi pola candlestick dan indikator Moving Average, tren bullish emas diperkirakan masih akan berlanjut. Analis Dupoin Indonesia, Andy Nugraha, menyatakan bahwa momentum penguatan emas tetap solid dan memiliki potensi berlanjut hingga minggu mendatang.

Dalam proyeksinya, Andy menargetkan harga emas (XAUUSD) berpeluang naik menuju level USD3.500. Ia menjelaskan bahwa kekuatan tren naik saat ini didukung oleh konsistensi aksi beli dari para pelaku pasar. Analisis candlestick mingguan menunjukkan sinyal penguatan lanjutan dengan terbentuknya pola bullish engulfing, yang mempertegas dominasi minat beli.
“Selama harga mampu bertahan di atas level support utama, arah pergerakan masih mendukung kelanjutan reli,” ujar Andy melalui keterangan tertulis, Minggu (27/4/2025).
Risiko Koreksi Tetap Mengintai
Meski prospek jangka pendek tetap positif, Andy mengingatkan bahwa potensi koreksi tetap ada. Jika harga emas mengalami pembalikan arah (reversal) dan menembus level kunci di USD3.257, maka tekanan jual dapat meningkat signifikan. Dalam skenario tersebut, harga diperkirakan dapat melandai hingga kisaran USD3.200.
“Oleh karena itu, level USD3.257 menjadi penentu penting dalam peta pergerakan harga emas pekan depan, yang perlu dicermati para trader dan investor,” tegasnya.
Faktor Fundamental yang Memengaruhi Harga Emas
Dari sisi fundamental, dinamika kebijakan moneter Amerika Serikat menjadi pendorong utama yang memperkuat tren emas. Berdasarkan data Prime Market Terminal, sebanyak 94 persen pelaku pasar memperkirakan Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga acuannya pada pertemuan mendatang.
Lebih jauh, terdapat ekspektasi kuat bahwa Fed funds rate akan mulai diturunkan secara bertahap, diproyeksikan mencapai 3,45 persen pada akhir 2025. Penurunan tersebut setara dengan pemangkasan sebesar 86 basis poin. Harapan terhadap kebijakan suku bunga yang lebih longgar ini meningkatkan daya tarik emas sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian pasar keuangan.
Selain faktor suku bunga, ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat dan Tiongkok juga menjadi katalis tambahan bagi permintaan emas. Meski sempat muncul harapan adanya kesepakatan dagang, pernyataan terbaru dari Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menegaskan bahwa belum ada tawaran konkret untuk mengurangi tarif secara sepihak.
Di sisi lain, pemerintah Tiongkok bersikeras agar seluruh tarif “unilateral” dari Amerika Serikat dicabut, dan menyatakan bahwa belum ada pembicaraan lanjutan terkait perundingan dagang. Ketidakpastian ini mendorong investor untuk mencari perlindungan di aset-aset aman seperti emas.
Outlook Jangka Pendek
Dengan kombinasi analisis teknikal dan faktor fundamental, tren bullish emas diperkirakan masih akan berlanjut dalam waktu dekat. Target utama tetap mengarah ke level USD3.500, selama harga tidak menembus ke bawah support penting di USD3.257.
Andy Nugraha menyarankan agar pelaku pasar terus memantau perkembangan kebijakan suku bunga The Fed dan dinamika ketegangan dagang global. Menurutnya, faktor-faktor ini akan menjadi indikator penting dalam menentukan arah pergerakan harga emas ke depan.
“Para pelaku pasar disarankan untuk terus memantau dinamika pasar, terutama perkembangan suku bunga dan tensi dagang global, sebagai panduan dalam mengambil keputusan trading pekan depan,” pungkas Andy.
Permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven biasanya meningkat di tengah ketidakpastian global dan ekspektasi penurunan suku bunga. Fenomena ini kembali terlihat pada 2025, sebagaimana pasar menghadapi tantangan dari ketidakpastian geopolitik dan perubahan kebijakan moneter di Amerika Serikat.
Emas, yang tidak memberikan imbal hasil bunga, biasanya menjadi lebih menarik ketika suku bunga riil rendah atau menurun. Oleh karena itu, tren penurunan suku bunga yang diproyeksikan tahun ini bisa menjadi faktor kunci dalam mendukung reli harga emas.
Namun demikian, volatilitas pasar tetap tinggi. Setiap perubahan arah dalam kebijakan The Fed atau tercapainya kesepakatan dagang besar antara AS dan Tiongkok dapat dengan cepat mengubah sentimen pasar. Trader dan investor emas perlu menerapkan strategi manajemen risiko yang ketat untuk menghadapi potensi perubahan kondisi pasar secara tiba-tiba.
Dalam jangka menengah, jika faktor-faktor fundamental tetap konsisten, target USD3.500 yang disebutkan analis berpotensi tercapai. Namun, kehati-hatian tetap diperlukan, mengingat adanya ancaman koreksi teknikal yang dapat memicu fluktuasi harga signifikan dalam jangka pendek.