DALAM tulisan sebelumnya, kita telah membahas signifikansi jiwa yang besar sebagai modal dalam menghadapi setiap tantangan, khususnya dalam menghadapi perbedaan.
Seseorang yang memiliki jiwa besar mampu menerima kenyataan dengan lapang dada, meskipun pahit karena realitas tidak sesuai dengan harapan.
Keagungan jiwa tidak muncul begitu saja, melainkan memerlukan latihan agar menjadi kebiasaan. Salah satu faktor utama yang berperan dalam munculnya jiwa besar adalah hati yang bersih dan jernih.
Pentingnya Keheningan Jiwa
Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam dengan tegas memberikan arahan dalam sabdanya,
“Ketahuilah, sesungguhnya dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Jika daging tersebut baik, maka baik pula seluruh tubuh manusia. Sebaliknya, jika daging itu buruk, maka buruk pula seluruh tubuh manusia. Ingatlah, daging tersebut adalah hati manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam konteks zaman sekarang, terutama menjelang puncak pemilihan umum, situasi yang memanas antar kelompok mungkin dipengaruhi oleh hati yang bermasalah atau kotor.
Perdebatan, fitnah, dan kata-kata kasar seringkali menjadi pemandangan umum baik dalam suasana pemilihan umum maupun di luar itu.
Pembatasan posting yang berhubungan dengan politik praktis di grup WhatsApp merupakan langkah antisipatif untuk menghindari perpecahan dalam ikatan kekeluargaan.
Ketidakmampuan seseorang untuk menahan diri dan menunjukkan dukungan secara berlebihan dapat memicu konflik yang tidak diinginkan.
Oleh karena itu, menjaga kebersihan dan kebaikan dalam pikiran dan hati menjadi sangat penting agar kita dapat berbicara dengan cara yang berkelas dan membangun secara konstruktif.
Jika pikiran dan hati kita dipenuhi oleh emosi negatif seperti kemarahan, iri hati, atau kebencian, kemungkinan besar kita akan mengungkapkannya melalui kata-kata yang menyakitkan, merendahkan, atau tidak pantas.
Sebaliknya, jika pikiran dan hati kita penuh dengan kebaikan, cinta, dan pengertian, kata-kata kita akan mencerminkan hal tersebut. Dengan demikian, kita akan mampu berbicara dengan cara yang menginspirasi, membawa kebaikan, dan memperkuat hubungan dengan orang lain.
Terdapat ungkapan yang menyatakan, “Berbicara ibarat menuangkan isi teko. Saat isi teko dituangkan dan yang keluar adalah kopi, berarti isi teko itu adalah kopi. Begitu pula ketika isi teko adalah air comberan, yang keluar pun adalah air comberan.”
Cara kita berbicara adalah cerminan dari apa yang ada dalam hati dan pikiran kita. Oleh karena itu, kejernihan hati menjadi sangat penting, karena hati memiliki pengaruh besar terhadap perilaku seseorang.
Dalam menjalani kehidupan, mari tingkatkan persatuan melalui pemeliharaan keheningan jiwa dan kebersihan hati.
*) Adam Sukiman, penulis adalah Edukator Masyarakat Muda Jakarta dan asisten peneliti Progressive Studies & Empowerment Center (Prospect)