Merajut Ilmu di Tanah Seberang, Warga Kutai Timur Dalami Tenun Ikat Kediri Selama 10 Hari

Barbar Simanjuntak

Kamis, 6 November 2025

Spektrum bahasan

NASIONAL.NEWS – KEDIRI – Semangat melestarikan wastra nusantara membawa rombongan warga dari Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur, menempuh perjalanan panjang menuju Kota Kediri, Jawa Timur. Selama sepuluh hari penuh, mereka akan belajar langsung teknik pembuatan tenun ikat—warisan budaya khas Kediri yang telah dikenal luas hingga mancanegara.

Kunjungan ini merupakan hasil kerja sama antara Pemerintah Kabupaten Kutai Timur, Dekranasda Kutai Timur, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kutai Timur, serta Fascreeya Indonesia. Rombongan tiba di Kediri pada Selasa (4/11/2025) dan menetap di Kampung Tenun Ikat Bandar Kidul, tepatnya di rumah produksi Tenun Bandoel, salah satu sentra tenun legendaris di kota ini.

Para peserta yang terdiri atas warga dan pengrajin tenun sebelumnya telah mendapatkan pelatihan dasar di daerah asal mereka. Namun, menurut mereka, belajar langsung dari para perajin Kediri memberikan pengalaman yang tak ternilai. “Mereka dikirim ke sini agar bisa belajar secara langsung dan nantinya mampu memproduksi tenun sendiri di Kutai Timur,” jelas Sri Yuniasih, Sekretaris Dekranasda Kutai Timur, saat mendampingi rombongan di Kediri, Rabu sore (5/11/2025).

Sri menuturkan bahwa Pemkab Kutai Timur kini tengah fokus mengembangkan potensi tenun sebagai bagian dari penguatan ekonomi kreatif berbasis budaya. Melalui pelatihan intensif ini, diharapkan lahir motif-motif khas Kutai Timur yang bisa menjadi identitas daerah serta memperkaya khasanah wastra Indonesia.

Sementara itu, Pendiri Fascreeya Indonesia, Anas Maghfur, menjelaskan bahwa keberangkatan rombongan ini merupakan kelanjutan dari pelatihan teori yang sebelumnya telah digelar di Kutai Timur. “Ke Kediri ini konteksnya praktik. Kalau kemarin mereka teori, sekarang waktunya turun tangan langsung. Karena di sini pusatnya tenun ikat, maka kami bawa mereka belajar ke tempat terbaik,” tutur Anas, yang juga merupakan pemilik brand fashion Aemtobe.

Antusiasme tinggi juga datang dari peserta pelatihan. Yohane, salah satu pengrajin asal Kutai Timur, mengaku terkesan dengan teknik menenun yang dipelajari di Kediri. Ia mengatakan, proses pembuatan di sini lebih sederhana namun menghasilkan kualitas kain yang sangat baik. “Kami datang ke sini untuk memperdalam pengetahuan. Ternyata proses menenun di sini lebih simpel dan bisa menghemat waktu. Banyak hal baru yang kami pelajari,” ungkapnya dengan penuh semangat.

Sambutan hangat diberikan oleh Ketua Koperasi Pengrajin Tenun Ikat Bandar Kidul, Erwin Wahyu Nugroho. Ia menuturkan, para peserta akan mendapatkan bimbingan intensif mulai dari teknik dasar menenun, proses pewarnaan alami, hingga penyusunan motif khas. “Pada intinya mereka belajar seluruh proses tenun ikat. Ada pendamping yang akan menemani selama praktik agar hasilnya optimal,” ujar Erwin.

Erwin menambahkan, kerja sama lintas daerah seperti ini menjadi bukti bahwa wastra bukan hanya tentang kain, tetapi juga tentang pertukaran ilmu dan budaya. “Dulu saya sempat menjadi pemateri pelatihan di Kutai Timur. Sekarang gantian mereka datang ke sini untuk praktik. Semoga kerja sama ini bisa terus berkelanjutan dan melahirkan pengrajin-pengrajin baru yang berkualitas,” pungkasnya.

Kunjungan warga Kutai Timur ke Kediri ini tidak hanya menjadi ajang pembelajaran teknis, tetapi juga mempererat hubungan antar daerah dalam semangat pelestarian budaya bangsa. Dari benang-benang yang dirangkai di Bandar Kidul, terjalin pula jalinan persahabatan dan kerja sama yang indah antara Kediri dan Kutai Timur — dua daerah yang kini bersatu dalam semangat menjaga warisan wastra Indonesia.

TERKAIT LAINNYA

Exit mobile version