Petikan Pelajaran dari Serial Shiva Jagoan Cilik dan Pemuda Berjiwa Besar

shiva

DALAM beberapa hari terakhir, kehidupan rumah tangga saya penuh dengan sorak sorai anak-anak, sahabat mereka, dan tawa kecil yang penuh semangat. Alasannya?

Mereka semua terinspirasi oleh aksi luar biasa seorang anak kecil dalam serial animasi kartun India, Shiva. Sebuah kisah penuh aksi, petualangan, dan komedi yang telah merangkul hati anak-anak, termasuk kedua buah hati saya.

Ketika Shiva beraksi, mempertaruhkan dirinya melawan penjahat yang mencoba melukai dan merampok, mata anak-anak pun terpana.

Keberaniannya saat menyelamatkan orang lain dan kemampuannya mengendarai sepeda telah menginspirasi bukan hanya anak-anak, tapi juga saya sebagai orang tua yang terlibat langsung dalam kegembiraan mereka.

Suara anak-anak bergemuruh, meminta saya menyanyikan lagu tema Shiva, sementara mereka dengan semangat menirukan gerakan sang superhero.

Dalam momen-momen seperti ini, saya menyadari bahwa Shiva bukan sekadar karakter animasi, tetapi juga sosok yang mampu menciptakan kegembiraan dan inspirasi dalam kehidupan nyata.

Motto Shiva “Jangan panggil aku anak kecil, Paman. Aku Shiva, Namaku adalah Shiva,” mungkin terdengar berlebihan, tapi melalui aksi-aksi luar biasanya, Shiva membuktikan bahwa usia dan penampilan fisik bukanlah penentu kualitas seseorang. Ia adalah bukti hidup bahwa kita tidak boleh menilai seseorang hanya dari “omon-omon” (sebutan populer saat ini).

Ketika Shiva meraih penghargaan dari pemerintah India atas keberanian dan peran besar dalam menumpas kejahatan, kita dapat mengambil pelajaran berharga. Shiva memperlihatkan bahwa keberanian, kejujuran, dan semangat juang tidak mengenal usia. Ia memberikan inspirasi bahwa setiap individu memiliki potensi untuk melakukan perubahan positif, tanpa terbatas oleh usia atau postur tubuh.

Sejalan dengan pandangan Kang Eep Saefulloh Fatah, Founder dan CEO Polmark Indonesia, kita diingatkan bahwa pemuda bukanlah sekadar definisi biologis atau usia. Pemuda adalah tentang sikap, tata cara, dan filosofi kerja. Shiva, meski berusia muda, menunjukkan ketuaan dalam tindakan dan sikapnya, menjadi teladan bagi kita semua.

Sayangnya, realitas saat ini mencerminkan ketidaksesuaian antara usia fisik dan kualitas seseorang, terutama dalam politik. Banyak yang mengaku muda, namun sikap, perilaku, dan komunikasinya jauh dari citra seorang pemuda. Mereka lebih mirip “receh,” dengan kemampuan terbatas dan kecenderungan merendahkan orang yang jauh lebih berpengalaman dan berpengetahuan.

Sebagai generasi muda, kita harus berkomitmen untuk menghindari sikap dan perilaku semacam itu. Kita perlu terus belajar, meningkatkan kapasitas diri, dan melakukan introspeksi agar bisa menunjukkan sikap dan akhlak yang baik kepada semua orang di sekitar kita.

Dengan begitu, kita tidak hanya akan dihargai karena usia, tetapi juga karena sikap, kualitas berbicara, dan cara kita memperlakukan sesama. Shiva bukan hanya sebuah karakter animasi, tetapi juga pencerminan dari keberanian dan semangat yang bisa dimiliki oleh setiap pemuda.

Mari bersama-sama menjadi generasi muda yang berjiwa besar, menginspirasi, dan menciptakan perubahan positif dalam masyarakat.

*) Adam Sukiman, penulis edukator Masyarakat Muda Jakarta dan asisten peneliti Progressive Studies & Empowerment Center (Prospect)

Pos terkait