Transisi Standar Kecantikan di Indonesia: Antara Kulit Putih dan Diversitas

WhatsApp Image 2024 02 15 at 18.44.03
Oleh Radhwa Aisyah

PERBINCANGAN seputar standar kecantikan telah menjadi topik yang hangat dalam masyarakat Indonesia.

Pertanyaan tentang apakah kecantikan harus diidentikkan dengan warna kulit yang putih atau apakah memiliki kulit putih merupakan sebuah keistimewaan, telah menjadi perbincangan umum.

Pandangan bahwa cantik adalah sinonim dari memiliki kulit putih telah melanda iklan-iklan skincare dan mempengaruhi pandangan masyarakat, terutama kaum wanita di Indonesia.

Namun, fenomena ini tidak hanya berdampak pada persepsi kecantikan semata, tetapi juga pada industri kecantikan itu sendiri.

Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat Indonesia, baik pria maupun wanita, cenderung mengikuti tren kecantikan yang menyerupai publik figur Korea, yang sering kali memiliki kulit putih mulus.

Hal ini tentu saja menimbulkan anggapan bahwa memiliki kulit putih adalah suatu keistimewaan dan dapat mempengaruhi perlakuan serta penghargaan dari lingkungan sekitar.

Namun, realitanya, mereka yang memiliki kulit coklat khas Indonesia juga memiliki keindahan dan nilai tersendiri.

Kritik Standar Kecantikan

Fenomena standar kecantikan ini tidak luput dari kritik. Banyak yang mempertanyakan keabsahan standar kecantikan yang ada, terutama dalam konteks Indonesia yang kaya akan keberagaman etnis dan budaya.

Adanya tekanan untuk memenuhi standar kecantikan tertentu, seperti memiliki kulit putih, rambut lurus panjang, dan tubuh langsing, dapat menimbulkan dampak negatif pada individu yang tidak memenuhi kriteria tersebut.

Selain itu, adopsi standar kecantikan yang tidak realistis juga memicu penggunaan produk skincare secara berlebihan, bahkan oleh kalangan yang rentan seperti anak-anak.

Penggunaan skincare yang tidak sesuai dengan usia dan kondisi kulit dapat menimbulkan risiko kesehatan yang serius, seperti yang terjadi pada kasus penggunaan merkuri yang berbahaya.

Penting bagi masyarakat untuk memahami bahwa kecantikan sejati tidaklah terpaku pada satu standar tertentu. Diversitas dalam konsep kecantikan harus diakui dan dihargai.

Contoh dari figur publik seperti Dian Sastro dan Mutiara Baswedan yang menampilkan kecantikan dalam beragam bentuknya, telah memberikan gambaran bahwa kecantikan tidak terbatas pada warna kulit, bentuk rambut, atau ukuran tubuh.

Munculnya tokoh-tokoh seperti Dian Sastro dan Mutiara Baswedan dalam industri hiburan Indonesia dapat menjadi awal dari perubahan positif dalam pandangan masyarakat terhadap kecantikan.

Dengan mindset yang benar dan semakin banyaknya representasi kecantikan yang beragam di media massa dapat membantu meruntuhkan stereotip dan standar kecantikan yang sempit.

Pada akhirnya, penting bagi kita semua untuk memahami bahwa kecantikan sejati tidak dapat diukur secara sempit melalui standar yang ada. Setiap individu memiliki keunikan dan keindahan tersendiri, yang layak dihargai dan diakui.

Dengan mengadopsi pandangan yang lebih inklusif terhadap kecantikan, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih positif dan mendukung bagi semua orang, tanpa memandang warna kulit, bentuk tubuh, atau tampilan fisik lainnya.

*) Radhwa Aisyah, penulis adalah mahasiswa STEI SEBI Depok

Pos terkait