HARAPAN bangsa Indonesia untuk melihat Tim Nasional (Timnas) berlaga di Piala Dunia 2026 semakin terasa nyata. Mimpi yang telah lama terpendam kini perlahan muncul ke permukaan, dipupuk oleh keberhasilan-keberhasilan yang belakangan ini diraih di kancah internasional.
Rakyat Indonesia, yang selama bertahun-tahun menyaksikan perjuangan dan kegagalan, kini merasakan angin perubahan di bawah komando pelatih asal Korea Selatan, Shin Tae-yong, dan peran penting dari para pemain kunci, termasuk Jay Idzes.
Setelah kemenangan penting atas Australia dalam laga lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia pada 10 September 2024 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, kapten Timnas Indonesia, Jay Idzes, memberikan pernyataan menyala nyala yang menghunuskan bara api kebangkitan sepak bola Tanah Air yang menyentuh hati rakyat.
“Yang pertama, ini berkat dukungan Anda. Kami bermain untuk kalian. Kami berusaha membuat kalian bangga. Tidak ada yang percaya kami. Tapi kami yakin. Kami yakin!,” ujar Idzes dengan penuh semangat dan keyakinan. Ungkapan Bang Jay ini seperti menjadi sebuah manifesto optimisme bahwa Timnas Indonesia sedang meniti jalan menuju panggung tertinggi sepak bola dunia—Piala Dunia 2026.
Mimpi Indonesia untuk lolos ke Piala Dunia bukanlah hal baru. Sejak pertama kali diakui sebagai anggota resmi FIFA pada tahun 1952, sepak bola telah menjadi bagian integral dari kebudayaan dan identitas nasional.
Indonesia pernah mencatat sejarah sebagai negara Asia pertama yang tampil di Piala Dunia 1938 (saat masih bernama Hindia Belanda). Namun, setelah itu, jalan menuju pentas dunia seolah tertutup rapat.
Dengan perluasan format Piala Dunia menjadi 48 tim pada edisi 2026, peluang negara-negara di Asia semakin terbuka lebar. FIFA memberikan jatah delapan tim dari Asia, dibandingkan dengan hanya empat atau lima tim di edisi sebelumnya. Hal ini tentunya memberikan peluang emas bagi Indonesia untuk kembali tampil di Piala Dunia. Namun, peluang tersebut bukan hanya tentang kuantitas; kualitas permainan, persiapan matang, dan mentalitas kuat adalah kunci utama.
Tren Positif Timnas Garuda
Sejak dilatih oleh Shin Tae-yong, Timnas Indonesia mengalami perkembangan signifikan dalam hal permainan dan mentalitas. Tidak hanya di level senior, tetapi juga di level junior, seperti Timnas U-20 dan U-23. Shin berhasil menanamkan disiplin dan strategi permainan modern yang lebih terorganisir, menjadikan Indonesia lebih kompetitif di tingkat Asia.
Salah satu momen penting adalah keberhasilan Indonesia melaju hingga final Piala AFF 2020, meskipun pada akhirnya harus puas dengan posisi runner-up. Namun, prestasi ini menjadi bukti bahwa Indonesia memiliki potensi besar.
Salah satu aspek yang menarik dari tren positif ini adalah kontribusi pemain-pemain yang berkiprah di luar negeri. Jay Idzes, yang kini menjadi kapten Timnas, adalah salah satu pemain yang berlaga di Eropa, tepatnya di klub Venezia, Italia.
Selain itu, pemain-pemain naturalisasi seperti Shayne Pattynama dan Sandy Walsh juga memperkuat kualitas Timnas, terutama di lini belakang. Dengan perpaduan pemain lokal dan internasional ini, Indonesia semakin solid.
Belum lama ini, kabar baik datang dengan dinaturalisasinya dua pemain baru: Mees Hilgers dan Kevin Diks, yang akan menambah kedalaman skuad dan memperkuat lini pertahanan bersama Marteen Paes di bawah mistar gawang. Kedua pemain ini sudah resmi menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) dan siap memperkuat Timnas di laga-laga penting mendatang. Hal ini menunjukkan betapa seriusnya PSSI dalam mempersiapkan Timnas untuk lolos ke Piala Dunia 2026.
Optimisme rakyat Indonesia bukanlah tanpa dasar. Tren positif ini didukung oleh sejumlah data dan fakta. Di bawah kepemimpinan Shin Tae-yong, Indonesia perlahan memperbaiki peringkat FIFA-nya. Dari sempat terpuruk di posisi 179 pada tahun 2020, kini Indonesia berada di peringkat 147 dunia (per Oktober 2024), sebuah lompatan yang signifikan dalam waktu kurang dari empat tahun.
Keberadaan pemain-pemain seperti Jay Idzes, Shayne Pattynama, Ragnar Oratmangoen, dan Sandy Walsh memberikan dimensi baru dalam permainan Timnas. Mereka membawa pengalaman bermain di liga-liga top Eropa, yang tentunya meningkatkan daya saing Indonesia di Asia.
Selain itu, sepak bola Indonesia dikenal dengan basis suporter yang fanatik. Dukungan dari tribun selalu menjadi pemain ke-12 yang memberikan semangat ekstra bagi skuad Garuda. Tidak hanya di dalam negeri, suporter Indonesia juga kerap hadir dalam laga-laga internasional, menunjukkan betapa besarnya harapan dan impian bangsa ini untuk melihat Timnas berjaya.
Meski Indonesia belum pernah lolos ke putaran final Piala Dunia setelah era Hindia Belanda, perjalanan menuju turnamen ini selalu penuh drama dan semangat juang. Pada edisi 1986, Indonesia hampir lolos ke babak final setelah mencapai babak ketiga kualifikasi, namun kalah dari Korea Selatan. Pada tahun 2002, Timnas sempat mencatat kemenangan penting melawan Maladewa, tetapi akhirnya gagal bersaing di grup.
Namun, sejarah bukanlah penghalang bagi impian masa depan. Sebaliknya, kegagalan-kegagalan ini menjadi bahan bakar semangat bagi generasi baru pemain Indonesia untuk terus berjuang dan membuktikan bahwa mereka layak berdiri sejajar dengan negara-negara top dunia.
Komando Menyala Jay Idzes
Jay Idzes, sebagai kapten, memainkan peran krusial dalam membangkitkan kepercayaan diri rekan-rekannya dan seluruh rakyat Indonesia. Meski baru bergabung dengan Timnas pada tahun 2023 setelah dinaturalisasi, Idzes langsung menjadi sosok sentral di lini pertahanan.
Pemain yang memiliki postur tinggi ini dikenal sebagai bek yang tangguh dan cerdas dalam membaca permainan. Pengalaman bermain di Eropa, terutama di Serie B Italia bersama Venezia, memberikan keuntungan taktis yang berharga bagi Timnas.
Pernyataan Idzes setelah berhasil meraih hasil seri melawan Australia yang memiliki keunggulan ranking di FIFA memberikan gambaran jelas tentang mentalitas pemenang yang sedang dibangun di dalam skuad.
“Tidak ada yang percaya kami. Tapi kami yakin,” ujarnya. Kata-kata ini Bang Jay ini merefleksikan semangat pantang menyerah yang kini menjadi ciri khas Timnas Indonesia. Mereka tidak lagi sekadar peserta, melainkan pesaing serius yang siap meraih prestasi besar.
Meski tren positif terus berlanjut, Indonesia masih harus menghadapi tantangan berat di kualifikasi Piala Dunia 2026. Tim-tim seperti Jepang, Korea Selatan, dan Iran tetap menjadi raksasa di Asia yang sulit ditaklukkan. Namun, dengan persiapan yang matang dan semangat juang yang tinggi, tidak ada yang mustahil.
Penting bagi Indonesia untuk terus konsisten dalam performanya. Laga-laga kualifikasi selanjutnya melawan Bahrain dan China akan menjadi ujian berat. Namun, dengan dukungan penuh dari suporter dan keyakinan yang dibawa oleh pemain seperti Jay Idzes, Timnas Indonesia siap menatap masa depan dengan optimisme.
Akhir dari Penantian Panjang?
Impian untuk melihat Indonesia berlaga di Piala Dunia 2026 adalah impian jutaan rakyat yang telah menantikan momen ini selama lebih dari delapan dekade. Optimisme ini tidak hanya didasarkan pada harapan kosong, tetapi pada perkembangan nyata yang telah dicapai dalam beberapa tahun terakhir.
Dengan peningkatan performa, kualitas pemain yang terus membaik, dan dukungan penuh dari seluruh bangsa, Indonesia berada di jalur yang tepat untuk mengakhiri penantian panjang ini.
Tidak ada yang lebih membanggakan bagi sebuah bangsa daripada melihat bendera Merah Putih berkibar di pentas dunia, disaksikan oleh jutaan pasang mata dari seluruh penjuru bumi. Dan dengan semangat juang yang terus membara, impian itu kini terasa semakin dekat untuk menjadi kenyataan.
Indonesia, sebuah bangsa yang besar dan penuh semangat, kini berada di ambang sejarah baru. Piala Dunia 2026 mungkin adalah kesempatan terakhir generasi ini untuk mewujudkan mimpi mereka, dan dengan segala daya upaya yang telah dikerahkan, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak percaya bahwa “Garuda di Dadaku” akan berkumandang di panggung sepak bola terbesar dunia. (ams/nas)