SAAT sedang kopi darat bersama teman-teman muda di sekretariat di Depok, Jawa Barat. Kami dikejutkan dengan kabar duka yang tengah dialami oleh salah satu sahabat kami di kampung halaman.
“Innalillahi wa innailaihi raajiun. Telah berpulang ke Rahmatullah saudara kami, adik kami, Amat Rachmat”. Kalimat pembuka yang disertai foto almarhum itu beredar di sosial media dan group WhatsApp (WA), sekira pukul 16:00 WITA, Rabu, 5 Rajab 1445 (17/1/2024).
Almarhum yang memiliki nama lengkap Rahmat H.M Rustam mendadak ramai menjadi perbincangan. Grup WhatsApp alumni Sekolah Menegah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) seketika ramai.
Beberapa kawan terus berupaya memastikan kebenaran informasi yang beredar dengan saling bertanya antar teman grup.
Saya yang tengah bersama teman-teman muda tidak begitu memperhatikan WA membuat saya lambat mengetahui informasi.
Saat membuka pesan di grup alumni, beberapa kawan sudah men-tag saya untuk memastikan informasi yang beredar nyata adanya.
Secara personal, saya memang cukup dekat dengan almarhum. Selain tinggal di desa yang sama. Kami juga sekolah di SMP dan SMA yang sama. Mungkin itu yang menjadi alasan teman-teman alumni SMA menanyakan ke saya.
Sebelum memberi jawaban pasti. Saya pun bergegas mencari informasi ke kampung dan memperoleh informasi bahwa pemberitaan yang beredar di medsos dan WA benar, bahwa Rahmat telah meninggal dunia.
Beragam respon sebagai bentuk bela sungkawa dari teman-teman alumni. Mulai dari do’a, perasaan kasihan, bahkan tidak sedikit yang mengungkapkan ketidakpercayaan atas peristiwa yang dialami oleh almarhum Rahmat, seolah begitu cepat dan tak pernah terpikirkan.
Almarhum Rahmat yang sehari-harinya aktif bekerja di salah satu perusahan yang terletak di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah cukup aktif memposting kegiatannya di medsos. Juga tak terdengar informasi jika almarum sakit. Mungkin inilah yang membuat beberapa kawan kaget dan tidak sepenuhnya percaya dengan kejadian ini.
Namun, peristiwa semacam ini (kematian) keterangannya sudah begitu jelas dalam Islam. Dimana peristiwa kematian merupakan hal mutlak yang akan dialami oleh setiap manusia. Sehingga, kita sebagai orang yang beriman wajib menyakini peristiwa kematian akan nyata adanya.
Dalam beberapa ayat Al-Qur’an begitu jelas diinformasikan tentang kematian itu sendiri.
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۖ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya. (QS. Al-A’raf: 34)
Dari ayat ini begitu jelas disebutkan, bahwa setiap umat manusia memiliki batasan waktu dalam kehidupan dunia ini yang telah ditentukan oleh Sang Pencipta, Allah SWT.
Sehingga peristiwa kematian ini harus diyakini akan nyata adanya dan akan menjadi peristiwa yang dialami oleh setiap umat.
Yang perlu kita cemaskan adalah proses kita menghadapi kematian. Sudahkah kehidupan kita dipenuhi dengan amal kebaikan dan ibadah sebagai bekal menghadap Allah SWT?
Apakah waktu yang tersisa ini kita gunakan untuk berjalan menuju ridho-Nya Allah SWT? Atau justru sebaliknya, habis digunakan untuk hal-hal yang tidak berarti.
Pertanyaan-pertanyaan seperti inilah yang seharusnya terus terngiang-giang dalam hati dan pikiran kita, sehingga terdorong upaya untuk terus berbenah, memperbaiki diri agar diakhir kehidupan berakhir dengan derajat husnul khatimah.
Dengan penuh kesedihan dan kehilangan yang mendalam, sahabat tercinta kita, Rahmat, telah meninggalkan kita untuk selamanya. Rahmat adalah sosok yang luar biasa, penuh kebaikan, dan selalu memberikan kehangatan kepada semua orang di sekitarnya.
Kelembutan hatinya dan senyumannya yang hangat akan selalu kita kenang. Setiap momen bersama Rahmat selalu dipenuhi dengan keceriaan dan kedamaian.
Bagi saya, kebaikan Rahmat tidak terbatas pada lingkaran terdekatnya saja, melainkan ia juga memancarkan kebaikan kepada semua orang yang berkenalan dengannya.
Kepergianmu meninggalkan kekosongan yang sulit diisi, dan kita akan merindukan kehangatan serta kehadirannya yang menginspirasi.
Kita akan menyimpan kenangan indah tentangmu dalam hati kita, dan berjanji untuk terus mengenangmu dengan kebaikan dan cinta yang pernah kau bagikan kepada kita semua.
Terakhir, kita mendo’akan sahabat kita Rahmat H.M Rustam dilapangkan kuburnya serta diampuni segala dosa-dosanya dan ditempatkan disebaik-baik tempat disisi Allah SWT, Aamiin.
*) Adam Sukiman, penulis edukator Masyarakat Muda Jakarta dan asisten peneliti Progressive Studies & Empowerment Center (Prospect)