Oleh Hasanuddin (Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam Periode 2004 -2006)
PARA pendiri bangsa telah mewariskan suatu ketetapan bahwa Bangsa Indonesia yang diproklamasikan pada tahun 1945 itu, mesti dibangun di atas pondasi “Ketuhanan Yang Maha Esa”, disusul dengan sila-sila selanjutnya dalam falsafah bernegara kita; Pancasila.

Relevan dengan ajaran Tauhid Islam, Pancasila itu hanya dapat dilaksanakan oleh jiwa-jiwa yang “merdeka, dan berdaulat”. Tidak bisa oleh jiwa-jiwa yang “terjajah”.
Dan karena itu “penjajahan diatas dunia harus dihapuskan” yang dalam makna Tauhid adalah meniadakan segala keterjajahan, keterbelengguan selain kepada Allah SWT.
Mengapa kita hendaknya hanya bergantung kepada Allah SWT;
Mari kita simak beberapa firman Allah SWT berikut ini:
اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ بِالْحَقِّۗ اِنْ يَّشَأْ يُذْهِبْكُمْ وَيَأْتِ بِخَلْقٍ جَدِيْدٍۙ
“Tidakkah kamu perhatikan bahwa sesungguhnya Allah telah menciptakan langit dan bumi dengan hak? Jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan kamu dan mengganti(mu) dengan makhluk yang baru” (QS. Ibrahim [14]: 19)
وَّمَا ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ بِعَزِيْزٍ
“dan yang demikian itu sekali-kali tidak sukar bagi Allah” (QS. Ibrahim [14] : 20)
Pada ayat ini, Allah SWT kembali menujukan firman-Nya kepada rasional berpikir manusia, untuk memperhatikan bagaimana Kuasanya Allah dalam penciptaan langit dan bumi (semesta alam).
Yang pada intinya siapa pun yang bersungguh-sungguh melakukan penelitian, pengkajian terhadap fenomena-fenomena alam, niscaya akan mengakui bahwa alam semesta ini telah diciptakan dengan hak.
Dengan kesimpulan bahwa alam semesta ini diciptakan, maka tentu hadir suatu keyakinan bahwa yang menciptakan alam semesta itu, memiliki kehebatan yang tidak tertandingi.
Ayat ini dengan demikian “menyediakan” segala kemungkinan diluar batas jangkauan pemikiran manusia. Membuka kemungkinan akan ada temuan-temuan baru, materi baru, pengetahuan baru, yang terus menerus sesuai apa yang dikehendaki Allah SWT.
Dengan demikian Allah SWT melalui ayat ini, mendorong kesadaran berpikir orang yang beriman, untuk terus menerus optimis, tidak berputus asa dengan Rahmat Allah SWT.
Memberi harapan kepada orang yang beriman kepada Allah, bahwa pencapaian apa pun yang belum pernah dicapai sebelumnya, dapat mereka capai dengan pertolongan Allah.
Dengan demikian mereka tidak menggantungkan diri mereka kepada makhluk.
Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara tidak menggantungkan harapan kemajuan negara mereka dari negara lain; mereka bisa optimis bahwa untuk maju dan berkemajuan siapa pun yang memperoleh pertolongan Allah, niscaya akan menjadi terdepan dalam membangun peradaban yang lebih baik.
يَمْحُوا اللّٰهُ مَا يَشَاۤءُ وَيُثْبِتُۚ وَعِنْدَهٗٓ اُمُّ الْكِتٰبِ
“Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nyalah terdapat Ummul-Kitab (Lauh Mahfuz)” (QS. Ar-Ra’d [13] : 39)
Bertahan atau tidaknya wujud segala sesuatu, baik itu materi maupun Non-Materi; hadirnya materi baru, atau non materi baru; semuanya dalam kuasa Allah SWT.
Terkait dengan urusan ajaran keagamaan; Allah telah menetapkan bahwa yang langgeng (abadi) itu hanya ajaran Tauhid.
Selain ajaran tauhid itu musnah pada masa yang Allah telah tentukan. Maka perhatikan bagaimana kesudahan berbagai ajaran keagamaan.
Dan bagaimana ajaran Tauhid terus eksis sepanjang peradaban
Peradaban-peradaban masa lampau jaya ketika ajaran tauhid mereka utamakan.
Dan jatuh, hancur hingga hilang dalam peredaran ketika ajaran tauhid mereka tinggalkan.
Demikian pula bintang-bintang di angkasa; bintang yang selamat adalah yang patuh kepada ketentuan Allah, yakni beredar sesuai garis edarnya masing-masing.
Tapi bintang yang mencoba keluar dari garis edarnya; akan jatuh dan mengalami kematian.
Demikianlah kita mesti memperhatikan suatu ideologi pemikiran; mana yang sejalan dengan tauhid dan mana yang tidak sejalan dengan tauhid.
Tidak ada yang sulit bagi Allah. Maka hanya kepada-Nya saja kita berharap pertolongan.
Lalu apa problem kita dalam membangun Bangsa?
- Kita belum pandai memilih pemimpin. Kita belum memilih pemimpin yang benar-benar bertauhid.
- Kita belum mandiri dalam berbagai urusan, karena selalu bergantung kepada selain Allah
- Kita mengandalkan diri kita, dan tidak mengandalkan pertolongan Allah
Padahal para pendiri Bangsa sudah menyatakan: bahwa dalam membangun Bangsa harus “Berketuhanan Yang Maha Esa”.
Kita di beri berbagai mineral, dari Air yang melimpah (air tawar maupun air asin);
Kita diberi emas dengan. Tambang emas terbesar di Freeport, sekalipun dimanipulasi dengan dikatakan tambang tembaga.
Punya cadangan LNG terbesar dunia, dengan Blok Natuna, Marsela, maupun di Andaman;
Punya nikel terbesar di dunia; (saat ini), demikian pula dengan timah, gas dll…
Punya cadangan migas yang besar (pernah jadi eksportir minyak/anggota OPEC).
Punya hutan tropis yang terluas kedua di dunia setelah Brasil;
Punya laut/pantai terluas di dunia;
Daratan terluas ke lima setelah Rusia, Kanada, China, Australia; Uzbekistan dan Nigeria.
Punya penduduk terbesar ke empat di dunia.
Banyak sekali Nikmat Allah yang telah diberikan.
Jika itu semua disyukuri، Allah berjanji menambahkan lagi.
Tapi kalau tidak disyukuri ya seperti kita rasakan, banyak rakyat kita yang seperti “ayam kelaparan di lumbung padi”
Singkat cerita; tegakkan Tauhid, syukuri nikmat Allah; optimis dengan masa depan yang lebih baik; pilih pemimpin yang benar tauhidnya, agar memandu kita semua ke jalan yang dikehendaki Allah SWT.
*) Hasanuddin, Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam Periode 2004 -2006