Pergerakan harga Bitcoin pada pekan ini diprediksi akan sangat dipengaruhi oleh laporan inflasi Amerika Serikat (AS), yang dijadwalkan dirilis hari ini, Rabu, 12 Februari 2025. Analis memproyeksikan bahwa jika angka inflasi yang diumumkan lebih rendah dari perkiraan, hal ini dapat menciptakan sentimen positif bagi aset berisiko, termasuk Bitcoin.
Departemen Tenaga Kerja AS akan merilis data Indeks Harga Konsumen (CPI) untuk Januari 2025 pukul 20.30 WIB. Berdasarkan estimasi Reuters yang dikutip oleh FXStreet, inflasi bulanan AS diperkirakan naik sebesar 0,3%, lebih rendah dari kenaikan 0,4% pada Desember 2024. Sementara itu, inflasi tahunan diproyeksikan tetap stabil di level 2,9%, sama seperti bulan sebelumnya.
Untuk inflasi inti, yang tidak memasukkan harga makanan dan energi, diprediksi naik 0,3% secara bulanan dari sebelumnya 0,2%. Secara tahunan, inflasi inti diperkirakan mencapai 3,1%, sedikit lebih rendah dari 3,2% pada Desember 2024.
Baca juga: OJK Rancang Regulasi Listing Aset Kripto, Targetkan Rampung 2025
Menurut laporan CoinDesk, jika data inflasi yang dirilis lebih rendah dari ekspektasi, terutama inflasi inti, pasar kemungkinan akan memprediksi peluang lebih besar bagi Federal Reserve (The Fed) untuk memangkas suku bunga. Hal ini dapat menyebabkan penurunan imbal hasil obligasi dan pelemahan indeks dolar AS, yang pada gilirannya dapat mendorong minat investor terhadap aset berisiko seperti Bitcoin.
Namun, berdasarkan alat pemantauan suku bunga FedWatch dari CME Group, pasar saat ini memperkirakan kemungkinan sebesar 54% bahwa The Fed hanya akan memangkas suku bunga satu kali atau bahkan tidak sama sekali sepanjang tahun 2025.
Meskipun kebijakan moneter dapat menjadi katalis bagi pergerakan harga Bitcoin, hal ini kemungkinan belum cukup untuk mengakhiri periode konsolidasi harga yang saat ini bergerak dalam rentang US$90.000 hingga US$110.000. Hingga artikel ini ditulis, Bitcoin diperdagangkan di kisaran US$96.000, mengalami penurunan sebesar 2% dalam 24 jam terakhir, menurut data CoinMarketCap.
Risiko Koreksi Jika Inflasi Melebihi Ekspektasi
Sebaliknya, jika data CPI yang dirilis ternyata lebih tinggi dari perkiraan, harga Bitcoin berisiko mengalami tekanan dan bergerak menuju batas bawah kisaran perdagangannya. Hal ini disebabkan oleh ekspektasi bahwa The Fed akan mempertahankan kebijakan suku bunga tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama, yang mengurangi daya tarik aset berisiko seperti kripto.
Kekhawatiran Inflasi Jangka Panjang
Beberapa indikator pasar menunjukkan potensi kenaikan inflasi dalam beberapa bulan mendatang, dipicu oleh faktor-faktor seperti ketegangan perdagangan global. Kondisi ini mengindikasikan bahwa ruang gerak The Fed untuk memangkas suku bunga secara agresif mungkin menjadi terbatas.
Selain itu, beberapa bank investasi berpendapat bahwa data CPI Januari yang lebih rendah tidak akan cukup untuk membuat The Fed mengubah kebijakan suku bunganya yang cenderung hawkish, atau sikap kebijakan moneter yang kontraktif seperti menaikkan suku bunga. Dalam kesaksiannya di hadapan Kongres AS pada 11 Februari, Ketua The Fed Jerome Powell menegaskan bahwa bank sentral tidak terburu-buru untuk memangkas suku bunga.
BlackRock, salah satu lembaga investasi terbesar di dunia, menilai bahwa inflasi sektor jasa yang persisten akan menghambat The Fed untuk segera menurunkan suku bunga. “Meskipun laporan Desember menunjukkan tanda-tanda meredanya tekanan inflasi, pertumbuhan upah masih di atas level yang memungkinkan inflasi turun kembali ke target 2% The Fed. Kami memperkirakan inflasi sektor jasa yang masih tinggi akan memaksa The Fed mempertahankan suku bunga lebih lama,” ujar BlackRock.
Dengan berbagai faktor ini, pasar kripto, khususnya Bitcoin, tetap berada dalam situasi yang dinamis, di mana setiap perkembangan inflasi dan kebijakan moneter AS akan menjadi penentu utama arah pergerakan harga dalam waktu dekat.