Profil Muallaf Dr H Kyoichiro Sugimoto dan Dakwahnya Kenalkan Islam di Jepang

NN Newsroom

Sabtu, 7 Juni 2025

Muallaf yang kini menggeluti dakwah full time di Jepang Dr. H. Kyoichiro Sugimoto menunaikan ibadah haji di tanah suci (Foto: Instagram/ @hajjsugimoto)

NASIONAL.NEWS — Dr. H. Kyoichiro Sugimoto, seorang pria asal Jepang, memeluk Islam lebih dari 29 tahun yang lalu.

Sejak saat itu, ia berkomitmen untuk mengenalkan ajaran Islam kepada masyarakat Jepang dan menghapus citra negatif yang sering kali melekat pada agama ini.

Melalui berbagai inisiatif, termasuk program “Tonari no Muslim” atau “Tetanggaku Muslim”, Sugimoto berupaya membangun pemahaman yang lebih baik antara komunitas Muslim dan non-Muslim di Jepang.

Awal Perjalanan Spiritual

Perjalanan spiritual Sugimoto dimulai ketika ia tertarik pada konsep kehidupan setelah kematian yang dijelaskan dalam Al-Qur’an.

Dalam sebuah wawancara, ia mengungkapkan bahwa cerita tentang akhirat dalam Islam memberikan perspektif baru yang mendalam baginya.

Ketertarikannya ini membawanya untuk mempelajari Islam lebih lanjut, hingga akhirnya ia memutuskan untuk menjadi mualaf.

Kisah perjalanan masuk islamnya pria kelahiran kota Seki, prefektur Gifu, ini dimulai pada tahun 1996 saat melakukan perjalanan penelitian ke Bangladesh bersama seorang temannya.

Dalam kunjungan tersebut, Sugimoto tidak hanya terlibat dalam aktivitas akademik, tetapi juga sempat tinggal di rumah kerabat temannya. Di sanalah benih ketertarikan terhadap Islam mulai tumbuh.

Sugimoto menyaksikan langsung bagaimana masyarakat Bangladesh—yang sebagian besar beragama Islam—menjalani hidup dengan penuh keramahan, kebersamaan, dan kebaikan meski dalam kondisi ekonomi yang sederhana.

“Hubungan antara orang-orang di sana begitu kuat, dan ini mengobati rasa kesepian yang saya rasakan selama ini,” katanya, seperti video dikutip nasional.news dari akun Youtube HidayahTV yang diposting 9 tahun lalu atau tepatnya Rabu 29 Maret 2017.

Inspirasi dari Al-Qur’an dan Proses Masuk Islam

Tertarik pada nilai-nilai spiritual dan sosial yang ia temui, Sugimoto kemudian membaca Al-Qur’an terjemahan Jepang yang diterbitkan oleh Japan Muslim Association. Salah satu ayat yang sangat membekas di hatinya adalah Surah Al-Hujurat ayat 13, yang berbunyi:

“Wahai manusia! Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal.”

Ayat ini menegaskan pentingnya silaturahmi dan pengenalan lintas latar belakang, yang menurut Sugimoto merupakan jembatan untuk membangun kedamaian global.

“Saya percaya jika saya bisa terhubung dengan Allah secara spiritual, maka saya juga bisa terhubung dengan seluruh umat Muslim di dunia,” ungkapnya.

Memimpin Chiba Islamic Cultural Center

Sebagai bagian dari misinya untuk menyebarkan pemahaman Islam, Sugimoto memimpin Chiba Islamic Cultural Center (CICC) yang berlokasi di Masjid Nishi Chiba.

Masjid ini didirikan sekitar tahun 2016 dengan dukungan donasi dari masyarakat Indonesia. CICC menjadi pusat kegiatan keislaman dan edukasi bagi komunitas Muslim dan non-Muslim di wilayah tersebut.

Program “Tonari no Muslim”

Salah satu inisiatif utama yang digagas oleh Sugimoto adalah program “Tonari no Muslim” atau ‘Tetanggaku Muslim’.

Program ini bertujuan untuk memperkenalkan Islam kepada masyarakat Jepang non-Muslim melalui interaksi langsung dengan komunitas Muslim.

Dalam program ini, peserta dapat mendengarkan pemaparan mengenai ajaran Islam, berdiskusi, dan berinteraksi dengan Muslim Jepang maupun Muslim dari negara lain yang tinggal di Jepang.

Sugimoto menjelaskan bahwa banyak orang Jepang memiliki persepsi negatif terhadap Islam karena pemberitaan media yang sering kali menyoroti aksi terorisme yang dikaitkan dengan Muslim.

“Mereka mendapatkan citra negatif mengenai Muslim melalui media. Sebelum penyebaran virus korona mereka sering mendengar mengenai serangan teroris, di London, Paris, dan Amerika, pengeboman yang dikaitkan dengan Muslim,” kata Sugimoto dalam wawancara dengan wartawan di Jepang, Sri Lestari, yang menuliskan laporan itu untuk BBC News Indonesia.

Melalui program ini, Sugimoto berharap dapat mengubah persepsi tersebut dengan memberikan pengalaman langsung berinteraksi dengan Muslim.

“Jadi mereka memahami hal yang negatif tentang Islam. Itu yang harus diubah, kami perlu menginformasikan kepada publik bahwa realitasnya berbeda ketika orang-orang Jepang berinteraksi secara langsung dengan Muslim, diharapkan kemudian persepsi mereka dapat berubah terhadap Islam juga Muslim,” jelasnya.

Edukasi Mengenai Jilbab

Dalam upaya memperkenalkan aspek-aspek Islam, Sugimoto juga mengadakan sesi edukasi mengenai jilbab.

Ia menyadari bahwa banyak orang Jepang sering melihat wanita berjilbab namun tidak memahami makna di baliknya.

“Hanya menduga-duga siapa mereka, apa keyakinannya mereka. Jadi kami memberikan kesempatan untuk berbicara satu sama lain,” katanya. Melalui diskusi ini, peserta dapat memahami alasan dan makna penggunaan jilbab dalam Islam.

Tantangan dan Harapan

Sugimoto menyadari bahwa tantangan dalam menyebarkan pemahaman Islam di Jepang masih besar.

Salah satunya adalah kurangnya pendidikan agama bagi anak-anak Muslim dan persepsi negatif masyarakat terhadap Islam.

Namun, Sugimoto tetap optimis bahwa melalui interaksi dan edukasi, pemahaman yang lebih baik dapat tercipta.

Ia juga mencatat peningkatan jumlah Muslim di Jepang, baik dari warga negara asing maupun warga Jepang yang memeluk Islam.

Menurut perkiraan Hirofumi Tanada, profesor emeritus bidang sosiologi di Universitas Waseda, jumlah Muslim di Jepang sampai akhir 2020 mencapai sekitar 230.000 orang.

Peningkatan tersebut mendorong berdirinya berbagai masjid dan musala di berbagai daerah di Jepang.

Jembatan Dialog dalam Membangun Pemahaman

Menurut data dari Universitas Waseda di Tokyo, pada tahun 2016 tercatat ada sekitar 120.000 Muslim dari luar negeri serta 10.000 Muslim warga asli Jepang yang tinggal di Negeri Sakura.

Jumlah ini terus bertambah seiring dengan meningkatnya jumlah pelajar, pekerja, dan mualaf di Jepang.

Salah satu figur penting yang memainkan peran besar dalam penyebaran dan pemahaman Islam di Jepang adalah Kyoichiro Sugimoto, seorang mualaf yang kini menjadi imam dan pendidik Islam terkemuka.

Dr. Kyoichiro Sugimoto adalah contoh nyata bagaimana seseorang dapat menjembatani kesenjangan pemahaman antara dua budaya dan agama.

Melalui dedikasinya dalam edukasi dan interaksi langsung, ia berupaya menghapus stigma negatif terhadap Islam di Jepang.

Berbagai program-program yang ia inisiasi, termasuk kerjasamanya dengan Cinta Quran Foundation di Indonesia, menjadi langkah konkret dalam menebarkan cahaya Islam di negerinya serta membangun masyarakat yang lebih inklusif dan memahami keberagaman.*/

TERKAIT LAINNYA

Exit mobile version