Pemerintah Tekankan Target 50 Persen Pengelolaan Sampah Nasional Tahun Ini

NN Newsroom

Senin, 25 Agustus 2025

Wakil Menteri Lingkungan Hidup Diaz Hendropriyono dalam forum The 2nd Annual Indonesia Green Industry Summit (AIGIS) 2025 di Jakarta (Foto: Dok. Kemenlh)

NASIONAL.NEWS – Pemerintah menegaskan komitmennya untuk memenuhi target pengelolaan 50 persen sampah nasional pada tahun 2025, sebagaimana amanat Asta Cita Presiden Prabowo Subianto.

Hal itu disampaikan Wakil Menteri Lingkungan Hidup Diaz Hendropriyono dalam forum The 2nd Annual Indonesia Green Industry Summit (AIGIS) 2025 di Jakarta, dikutip media dari laman Portal Informasi Indonesia, Senin (25/8/2025).

Target tersebut tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2025 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), yang menjadi pedoman arah pembangunan lingkungan dan penguatan industri hijau Indonesia.

Baru 39 Persen Terkelola

Hingga saat ini, menurut data yang dipaparkan Diaz, baru 39 persen dari total 56,63 juta ton sampah per tahun yang berhasil dikelola. Dari jumlah itu, hanya 9 persen yang termanfaatkan melalui material recovery.

“Pak Presiden Prabowo memberikan target besar. Pengelolaan sampah harus 50 persen tahun ini. Saat ini baru 39 persen. Artinya, pekerjaan rumah kita masih banyak,” ujarnya.

Diaz menegaskan bahwa persoalan sampah bukan sekadar isu kebersihan, tetapi berhubungan langsung dengan upaya penanganan krisis iklim. Ia menjelaskan, satu ton sampah padat setara dengan 1,7 ton emisi karbon dioksida (CO2).

Turunkan Emisi Karbon

Karena itu, kata Diaz lebih lanjut, peningkatan pengelolaan sampah juga akan membantu pencapaian target penurunan emisi nasional sebesar 31,89 persen pada 2030, sesuai komitmen Indonesia di hadapan dunia internasional.

“Dengan mengurangi sampah, kita juga menurunkan emisi karbon. Jadi sampah bukan hanya urusan TPA, tapi bagian dari strategi iklim nasional,” kata Diaz.

Ia menambahkan, keterlibatan industri, pelaku usaha, dan masyarakat luas menjadi faktor kunci dalam pencapaian target tersebut. Pemerintah, kata dia, tidak mungkin bekerja sendiri tanpa dukungan nyata dari sektor lain.

“Pemerintah tidak bisa apa-apa tanpa dukungan industri. Justru industri dan inovasi harus lebih dulu bergerak, baru regulasi mengikuti. Jangan sampai regulasi malah menghambat,” ungkapnya.

Kompleksitas Persoalan Sampah

Beberapa solusi yang disebutkan Diaz antara lain pengembangan teknologi waste to energy (WTE), peningkatan daur ulang, dan pemanfaatan bioplastik berbasis bahan nabati.

Namun, ia menekankan, bahwa tidak ada satu model tunggal yang mampu menyelesaikan kompleksitas persoalan sampah.

“Recycling, bioplastik, WTE, semuanya penting. Kita harus dorong semua sektor selama masih berbasis bukti ilmiah dan terbukti baik bagi lingkungan,” jelasnya.

Selain itu, Diaz menyoroti urgensi transisi dari plastik berbasis fosil menuju bio-nafta. Menurutnya, menipisnya cadangan minyak bumi dunia menuntut inovasi baru dalam bahan baku industri.

“Minyak akan habis. Nafta akan habis. Maka kita perlu inovasi, dari empty fruit branch, tebu, hingga biomassa lain untuk menghasilkan bio-nafta,” terangnya.

Diaz menutup paparannya dengan menekankan bahwa Asta Cita Presiden Prabowo Subianto menempatkan isu lingkungan sebagai prioritas pembangunan.

Forum AIGIS 2025, menurutnya, harus dimanfaatkan sebagai wadah kolaborasi strategis antara pemerintah, industri, dan masyarakat.

“Kolaborasi ini penting agar target pengelolaan sampah 50 persen bisa tercapai tahun ini. Harapan kami, inovasi yang lahir dari industri dan akademisi dapat segera diimplementasikan dan didukung penuh oleh regulasi,” pungkasnya.

TERKAIT LAINNYA

Exit mobile version