Prof Didin Hafidhuddin: Jadikan Dakwah sebagai Primadona

JAKARTA — Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (Wantim MUI) Prof Dr KH Didin Hafidhuddin mengatakan dakwah harus menjadi kegiatan primadona.

“Dakwah harus dijadikan primadona dan hal paling utama dalam setiap kegiatan kita karena tanpa dakwah tidak mungkin ada kebaikan,” kata Prof Didin pada Webinar Series 06 – Pra Munas V Hidayatullah seperti dilansir kanal Youtube Hidayatullah ID, Sabtu (3/10/2020).

Bacaan Lainnya

Didin mengimbuhkan, kalau kita tidak bertanggungjawab, acuh tak acuh, dan tidak terlibat dalam kegiatan dakwah maka akan melanggengkan kemunkaran yang bisa meruntuhkan peradaban manusia.

Dia menegaskan bahwa dakwah adalah bagian yang sangat penting dalam kehidupan umat. Maju mundur umat sangat tergantung pada kegiatan dakwah.

“Bahkan predikat khairah ummah dikaitan dengan dakwah,” ujarnya seraya menukil Al Quran Surah Ali Imran ayat 110.

Dalam pada itu, Ketua Pembina Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII) ini mengingatkan bahwasanya dakwah adalah kemuliaan yang karena itu pelakunya akan berhadapan dengan ragam tantangan.

“Dakwah mulia maka karena itu banyak tantangannya. Tentu banyak hambatannya, tidak ada yang mulia yang dilakukan secara santai. Pasti banyak godaan,” kata Didin.

Oleh karena itu, Didin mengatakan, kita sekarang ini berusaha melakukan kegiatan dakwah dalam barisan rapi dan teratur dalam manajemen dan jamaah yang rapi yang saling mendukung dan menguatkan.

“Jangan ini kita menjad singel fighter. Menjadi pemain tunggal itu cepat capek dan berat. Cepat bosan. Problem begitu banyak sementara potensi yang dimiliki sedikit,” katanya.

Makanya, imbuh dia, kita perlu berada di barisan yang teratur untuk melakukan dakwah secara berjamaah. Apalagi sekarang ini ada tantangan dakwah yang sangat massif seperti banyak terjadi islamphobia.

Diantara tantangan itu, Didin menyebutkan tiga hal yang telah difatwakan oleh MUI pada tahun 2005 sebagai faham yang haram diikuti umat Islam yaitu sekularisme, pluralisme agama dan liberalisme agama.

“Olehnya, dalam kegiatan dakwah ini kita harus bergerak bersama sama memadukan berbagai kekuatan yang ada. Saling menghargai dan saling menguatkan satu sama lain,” katanya.

Dia mengimbuhkan semua organisasi harus bergandengan tangan, “kita akan kuat Insya Allah jika bergandengan tangan”.

Didin pun menyarankan, agar dapat berjalan dengan baik, efektif dan efesien maka perlu ada spesialisasi dalam dakwah ini.

Misalnya, dia mencontohkan, harus ada kelompok yang concern pada masalah pemikiran agar memiliki ketangguhan wacana.

“Yang dakwah di pedalaman juga mesti ada dan mesti kuat. Begitu juga dakwah di bidang pendidikan, harus berkualitas pendidikan yang kita bangun. Demikian pula yang lainnya,” tukasnya.

Dia kembali mengingatkan. Kalau kita merasa lebih baik, merasa lebih unggul dibandingkan yang lain, maka dakwah ini tidak akan jalan.

“Sinergi itu ketika menyatu hati kita. Sehingga setiap jamaah melakukan apa yang menjadi keunggulannya kemudian didukung yang lainnya. Sinegri harus mengarah ke sana,” pungkasnya.

Webinar bertajuk “Dakwah Manhaji: Mengajak, Membela, Dan Bersama Umat Membangun Jamaah” ini menghadirkan narasumber anggota Dewan Penasehat Pimpinan Umum (DPPU) Hidayatullah Ust H Hamim Thohari dan dipandu oleh Pimpinan Pesantren Tahfidz Qur’an Putra Al Kautsar Cibinong Ust Munawwir Baddu.*/Ainuddin Chalik

Pos terkait