MAKASSAR – Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Tentara Nasional Indonesia (TNI) ke-79, Pamen Ahli Bidang Sosial Budaya (Sosbud) Poksahli Pangdam XIV/Hasanuddin Kolonel Inf Rahman Taleho, S.Ag., M.Si., hadir sebagai narasumber dalam talkshow interaktif Programa 1 Radio Republik Indonesia (RRI), Kamis (3/10/2024).
Kolonel Inf Rahman Taleho, S.Ag., M.Si, turut dibersamai Kolonel Arh Ahmad Hotma Pohan, S.Sos., selaku Pamen Ahli Bidang Sistem Pertahanan Negara (Sishanneg) Poksahli Pangdam XIV/Hasanuddin.
Bertempat di RRI Makassar, tema talkshow “Refleksi Profesionalisme Pengabdian Kodam XIV/Hasanuddin untuk Negeri di Usia TNI ke-79 sebagai Komponen Utama dalam Menjaga NKRI” yang diangkat, menghadirkan diskusi menarik mengenai perjalanan panjang, dedikasi, serta tantangan yang dihadapi TNI dalam menjaga kedaulatan bangsa.
Dalam paparannya, Kolonel Inf Rahman Taleho menjelaskan bahwa TNI lahir dari rahim perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaannya dari upaya kembalinya penjajahan oleh Belanda melalui kekerasan senjata.
“Tentara Nasional Indonesia (TNI) merupakan perkembangan dari organisasi yang awalnya dikenal sebagai Badan Keamanan Rakyat (BKR),” ungkap Kolonel Inf Rahman Taleho.
Pada tanggal 5 Oktober 1945, BKR diubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), menyesuaikan dengan struktur militer internasional, sebelum kemudian berubah menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI).
Sejarah perjuangan dan perkembangan organisasi militer ini tidak berhenti di situ. Pada 3 Juni 1947, Presiden secara resmi mempersatukan Tentara Republik Indonesia dengan berbagai badan perjuangan rakyat, sehingga lahirlah Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang kita kenal hingga saat ini.
“Perjuangan TNI tidak hanya dalam mempertahankan kemerdekaan, tetapi juga dalam menjaga kedaulatan negara di tengah berbagai ancaman,” tambah Kolonel Inf Rahman Taleho, menekankan pentingnya peran TNI dalam sejarah bangsa.
Seiring dengan bergulirnya reformasi nasional pada tahun 1998, TNI turut melaksanakan reformasi internalnya. Melalui paradigma ini, TNI secara introspektif dan prospektif menata diri untuk menempatkan peran dan fungsinya secara tepat dalam tatanan kehidupan nasional. Salah satu wujud dari reformasi internal ini adalah pemisahan TNI dari Polri, serta kelahiran Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, yang semakin mempertegas peran TNI dalam bidang pertahanan negara.
Dengan fungsi sebagai penangkal, penindak, dan pemulih kondisi keamanan, TNI memiliki peran strategis dalam menjaga kedaulatan serta integritas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Kolonel Inf Rahman Taleho menjelaskan, dalam menjalankan tugas pokoknya, TNI berpedoman pada sistem pertahanan negara yang dikenal dengan Sistem Pertahanan Rakyat Semesta (Sishanta). Sishanta melibatkan seluruh elemen bangsa, mulai dari warga negara, wilayah, hingga sumber daya nasional, yang dipersiapkan secara dini oleh pemerintah. Sistem ini diselenggarakan secara total, terpadu, terarah, dan berkelanjutan untuk menjaga kedaulatan dan keamanan negara.
“TNI merupakan komponen utama dalam sistem pertahanan ini, namun seluruh rakyat Indonesia juga berperan aktif sebagai komponen pendukung,” lanjutnya.
Jati Diri TNI
Kolonel Inf Rahman Taleho, dalam kesempatan yang sama, juga menjelaskan mengenai jati diri TNI. “TNI adalah tentara rakyat, yang anggotanya berasal dari rakyat Indonesia. Selain itu, TNI adalah tentara pejuang, yang berjuang tanpa mengenal kata menyerah demi menegakkan kedaulatan NKRI,” ungkapnya.
Sebagai tentara nasional, lanjut Kolonel Rahman, TNI tidak memihak pada kepentingan daerah, suku, ras, golongan, atau agama tertentu, tetapi semata-mata berjuang untuk kepentingan bangsa.
Tidak kalah pentingnya, TNI adalah tentara profesional, yang terlatih, terdidik, dan diperlengkapi dengan baik. Profesionalisme TNI ini juga tercermin dalam sikap netralitasnya dalam politik praktis, terutama di tengah pesta demokrasi seperti pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah.
“Netralitas TNI adalah amanat Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004. Kami tidak terlibat dalam politik praktis, tetapi tetap menjadi garda terdepan dalam menjaga stabilitas negara,” tegas Kolonel Rahman.
Kilas Balik Kodam XIV/Hasanuddin
Dalam talkshow tersebut, juga dibahas mengenai kilas balik perjalanan Kodam XIV/Hasanuddin. Kolonel Inf Rahman Taleho mengisahkan bahwa Kodam XIV/Hasanuddin, yang meliputi wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tenggara, pertama kali dibentuk pada tahun 1950.
Namun, pada tahun 1985, Kodam ini dilikuidasi dan digabungkan dengan Kodam XIII/Merdeka menjadi Kodam VII/Wirabuana. Baru pada tahun 2017, Kodam XIV/Hasanuddin diaktifkan kembali untuk meningkatkan efektivitas pembinaan wilayah dan pengamanan.
Dengan motto “Setia Hingga Akhir”, Kodam XIV/Hasanuddin terus berupaya memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara. Motto ini, seperti yang dijelaskan oleh Kolonel Rahman, mengandung makna bahwa prajurit Kodam XIV/Hasanuddin akan selalu berpendirian teguh dan tidak akan berubah sampai akhir masa pengabdiannya.
“TNI berkomitmen untuk terus menjaga kedaulatan dan keutuhan NKRI, serta melindungi seluruh tumpah darah Indonesia,” ujar Kolonel Rahman.
Lebih lanjut, Kolonel Inf Rahman Taleho menjelaskan, sebagai bagian integral dari TNI, Kodam XIV/Hasanuddin memiliki tugas pokok menyelenggarakan pembinaan kemampuan, kekuatan, dan gelar kekuatan untuk menjaga keamanan dan kedaulatan negara di wilayahnya. Pembinaan teritorial juga menjadi salah satu fokus utama dalam mempersiapkan wilayah pertahanan dan menjaga keamanan nasional.
“Pengabdian terbaik selalu menjadi komitmen kami. Kodam XIV/Hasanuddin tidak hanya fokus pada aspek militer, tetapi juga turut serta dalam pembangunan daerah dan membantu masyarakat dalam berbagai kegiatan sosial,” ujarnya.
Melalui peringatan HUT TNI ke-79 ini, refleksi atas perjalanan panjang TNI khususnya Kodam XIV/Hasanuddin dalam menjaga NKRI menjadi momentum penting untuk mengingatkan kembali jati diri dan tugas pokok TNI.
Di usia yang semakin matang, TNI, termasuk Kodam XIV/Hasanuddin, terus berkomitmen untuk berperan sebagai komponen utama dalam sistem pertahanan negara, dengan tetap mengedepankan profesionalisme, netralitas, dan pengabdian kepada bangsa. “Setia Hingga Akhir, sebagai semboyan, adalah tekad yang terus dijaga oleh prajurit Kodam XIV/Hasanuddin dalam melindungi negeri ini.*/Adam Sukiman