Upaya Nasional Serap Gula Petani, Pemerintah Gerakkan ID FOOD dan Danantara

NN Newsroom

Kamis, 28 Agustus 2025

Foto: Dok. Badan Pangan Nasional
Foto: Dok. Badan Pangan Nasional

NASIONAL.NEWS — Pemerintah terus melakukan langkah konkret guna menjaga stabilitas sektor pergulaan nasional, mulai dari tingkat petani hingga distribusi ke masyarakat.

Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Badan Pangan Nasional (NFA) I Gusti Ketut Astawa menegaskan bahwa penyerapan gula hasil panen petani dalam negeri menjadi prioritas utama, sejalan dengan alokasi dana Rp1,5 triliun dari Danantara melalui ID FOOD.

“Memang solusi jangka pendek terhadap gula petani adalah diserap oleh pedagang dan pemerintah. Saat ini sudah ada kepastian Danantara akan turun. Pedagang pun sudah di-trigger Danantara. Mereka akan berani membeli, habis Danantara beli. Begitu kesepakatannya,” jelas Ketut seusai Seminar Ekosistem Gula Nasional di Jakarta, Rabu (27/8/2025).

Ia menambahkan bahwa proses penyerapan memerlukan kehati-hatian. “Hanya saja memang ini perlu kesabaran sedikit lagi, karena bagaimanapun Danantara dan ID FOOD tidak bisa sembarangan. Pasti ada prinsip kehati-hatian. Governance-nya harus benar. Mudah-mudahan segera tuntas, kita dorong untuk itu. Nanti kalau sudah keluar, bisa cepat langsung digerakkan penyerapannya,” ujar Ketut.

Penguatan Cadangan Gula Pemerintah

Dukungan penuh juga diberikan NFA terhadap penguatan Cadangan Gula Pemerintah (CGP) melalui ID FOOD.

Hal ini ditegaskan dalam surat Kepala NFA kepada Menteri BUMN tertanggal 14 Agustus 2025 yang menugaskan ID FOOD menyelenggarakan CGP.

Rujukan kebijakan tersebut berpijak pada Keputusan Kepala NFA Nomor 40 Tahun 2025 yang menargetkan stok minimal 260 ribu ton dan stok akhir tahun sebesar 26 ribu ton.

Penyaluran ke masyarakat dilakukan dengan harga acuan sesuai Peraturan Kepala NFA Nomor 12 Tahun 2024, atau di bawah harga rata-rata pasar.

Akan Perketat Pengawasan

Dalam kesempatan yang sama, Ketut memastikan stok raw sugar impor tahun ini masih tersimpan sebagai cadangan dan belum didistribusikan.

Ia juga menegaskan bahwa pengawasan terhadap rembesan gula rafinasi ke pasar umum akan diperketat bersama Satgas Pangan Polri.

“Solusi yang lain lagi untuk mendukung serapan gula hari ini adalah penegakan hukum terhadap rembesan gula rafinasi. Ini sedang berjalan bersama Satgas Pangan Polri, karena sudah menjadi target dan perhatian kami, sehingga rembesan gula rafinasi ini juga harus kita eliminir,” tegasnya.

Selain itu, ia meminta para petani untuk menjaga kekompakan dalam menjaga harga jual.

“Petani gula juga harus kompak. Jangan ada yang jual di bawah Rp14.500. Pemerintah sudah memberi ruang dengan HAP sekian, supaya kita sama-sama membangun kekuatan petani. Tatkala Danantara sudah turun tapi ada yang masih begitu, laporkan ke kami. Siapa yang beli dan siapa yang jual,” imbuhnya.

Wujud Nyata Kehadiran Negara

Kepala NFA Arief Prasetyo Adi menambahkan bahwa program penyerapan ini merupakan wujud nyata kehadiran negara.

Ia menjelaskan bahwa impor raw sugar pada Maret dan April hanya ditujukan untuk memperkuat stok cadangan tanpa memengaruhi kondisi petani.

“Semangat produksi sedulur petani gula harus dijaga. Semoga langkah pemenuhan stok CJP dengan penyerapan ID FOOD dan Danantara mampu menstabilkan kondisi pergulaan nasional saat ini. Pengadaan raw sugar yang sebelumnya pun dipastikan tidak ada fluktuasi yang berarti, karena telah tuntas sejak April lalu,” kata Arief.

Laporan Food Outlook Biannual Report on Global Food Markets yang diterbitkan FAO pada Juni 2025 turut mencatat prospek cerah produksi gula Indonesia.

Pada periode 2024/2025, produksi diproyeksikan mencapai 2,6 juta ton, tertinggi kedua di ASEAN setelah Thailand (10 juta ton), disusul Filipina (1,8 juta ton) dan Vietnam (1,1 juta ton).

TERKAIT LAINNYA

Exit mobile version