Anies Baswedan, mantan Gubernur DKI Jakarta yang dikenal dengan gaya kepemimpinan yang santun dan berprinsip, baru-baru ini mengalami pukulan besar dalam karier politiknya. Ditinggalkan oleh PKS, PKB, dan Nasdem, Anies kehilangan peluang untuk maju dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2024. Namun, dalam situasi yang berat ini, Anies tidak memperlihatkan rasa kecewa. Alih-alih larut dalam kesedihan, dia justru menyerukan semangat kepada para pendukungnya melalui pesan-pesan mendalam yang ia bagikan di media sosial.
Keputusan PKS, PKB, dan Nasdem untuk menarik dukungan mereka dari Anies Baswedan dalam Pilgub DKI 2024 tidak hanya mengejutkan banyak pihak, tetapi juga memupus harapan Anies untuk maju sebagai calon gubernur. Dukungan dari tiga partai besar ini awalnya diharapkan menjadi pijakan kuat bagi Anies, namun kenyataannya justru sebaliknya.
Jika politisi lain mungkin akan menunjukkan kekecewaan atau bahkan kemarahan, Anies mengambil jalan yang berbeda. Dalam sebuah postingan di Facebook, Selasa (20/8/2024), ia menulis pesan yang dalam, mengutip kata-kata Rene de Clercq yang pernah digunakan oleh Bung Hatta. “Hanya ada satu negeri yang menjadi negeriku. Ia tumbuh dengan perbuatan, dan perbuatan itu adalah perbuatanku,” tulisnya.
PDIP dan Putusan MK yang Membuka Peluang Baru
Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) melalui Putusan Nomor 60/PUU-XXII/2024 yang mengubah ambang batas pencalonan kepala daerah telah membuka peluang baru bagi Anies. Sebelumnya, Anies kehabisan dukungan politik karena tidak ada partai yang memenuhi ambang batas 20 persen. Namun, dengan ambang batas yang diturunkan menjadi 7,5 persen, Anies kembali memiliki harapan untuk maju.
Putusan MK yang mengubah threshold pencalonan gubernur Jakarta menjadi 7,5 persen merupakan angin segar bagi partai-partai yang sebelumnya tidak mampu mengusung calon. Namun, di sisi lain, keputusan ini juga menjadi tantangan baru bagi partai-partai besar untuk mempertahankan dominasinya.
Tidak bisa dipungkiri, Partai Buruh dan Gelora memiliki peran penting dalam pengajuan judicial review itu yang akhirnya dikabulkan oleh MK. Mereka melihat peluang besar dengan adanya perubahan ini, terutama dalam menciptakan dinamika politik baru di Jakarta.
Dalam situasi politik yang rumit ini, PDI-P muncul sebagai satu-satunya partai yang memiliki kekuatan untuk mengusung Anies sebagai calon gubernur DKI Jakarta. Dengan perolehan 14,01 persen suara pada Pileg DPRD DKI Jakarta 2024, PDI-P memenuhi syarat untuk maju tanpa koalisi.
PDI-P saat ini menjadi pusat perhatian, mereka memenuhi syarat untuk dapat maju sendirian atau membentuk koalisi dengan partai lain. Kalangan pengamat politik dan juga di benak para pendukung Anies menunggu kejutan dari partai berlambang banteng moncong putih ini.
Jika Anies berhasil diusung oleh PDI-P, Pilkada DKI Jakarta 2024 dipastikan akan menjadi salah satu pertarungan politik paling sengit. Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus yang berisi 12 partai politik besar akan menjadi lawan utama yang harus dihadapi Anies dan PDI-P.
Koalisi Gemuk versus PDIP
KIM Plus adalah koalisi gemuk yang berisikan partai-partai besar. Meskipun terlihat kuat, koalisi ini juga memiliki tantangan dalam menjaga kekompakan di tengah perbedaan kepentingan.
Selain Anies, ada beberapa nama lain yang juga berpotensi maju dalam Pilkada DKI Jakarta. Nama-nama kader PDIP seperti Rano Karno, Hendra Prihadi, Tri Rismaharini, bahkan Basuki Thajaha Purnama atau Ahok disebut sebut dan sering muncul sebagai kandidat kuat yang siap bersaing.
Namun, dari semua calon, Anies dianggap yang paling kuat secara elektoral maupun popularitasnya. Gaya kepemimpinan Anies yang santun sering kali dipandang sebagai kekuatan dalam membangun hubungan dengan berbagai pihak. Namun, di sisi lain, pendekatan ini juga bisa menjadi kelemahan di tengah dinamika politik yang keras.
Selama masa jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta, Anies dikenal dengan berbagai keberhasilan, namun juga tidak luput dari kontroversi. Ini menjadi refleksi penting dalam memahami bagaimana Anies akan melangkah ke depan.
Namu, Anis memiliki loyalis yang luar biasa. Anies memiliki basis pendukung yang kuat, terutama dari kalangan menengah ke bawah dan kaum intelektual. Dukungan ini menjadi modal penting baginya dalam setiap kontestasi politik.
Media sosial menjadi alat yang efektif bagi Anies untuk berkomunikasi dengan pendukungnya. Melalui platform seperti Facebook dan Twitter, Anies dapat menyampaikan pesan-pesan penting dan membangun narasi yang mendukung pencalonannya.
Meskipun Anies mengalami berbagai tantangan, termasuk ditinggalkan oleh partai-partai koalisi, peluangnya untuk maju dalam Pilkada DKI Jakarta 2024 masih terbuka lebar. Putusan MK memberikan harapan baru, dan dukungan dari PDI-P bisa menjadi kunci suksesnya.
Pada akhirnya, kita akhirnya menemukan bahwa Anies Baswedan adalah seorang politisi yang penuh dengan kejutan. Dengan gaya kepemimpinan yang khas dan dukungan yang kuat dari masyarakat, masa depan politiknya masih cerah dan penuh potensi. (nas/teg)